Operasi Aparat Gabungan di Lanny Jaya Adalah Berita Bohong

Foto yang beredar di media sosial terkait pemberitaan hoax yang menyebutkan aparat gabungan melakukan penyisiran di Kabupaten Lanny Jaya yang mengakibatkan masyarakat sipil jadi korban penganiayaan/Istimewa

JAYAPURA,- Informasi operasi penyisiran oleh aparat gabungan TNI/Polri di empat kampung yang ada di Kabupaten Lanny Jaya untuk mengejar Panglima TPN/PB La Pago Enden Erimbo Wanimbo beberapa waktu lalu hingga mengakibatkan 40 orang warga mengungsi ke dalam hutan, dan lima warga menjadi korban penganiayaan adalah berita bohong (hoax).

Hal tersebut diungkapkan Kapolres Lanny Jaya, AKBP Toni Ananda ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler, Senin (17/9) siang. Kata Toni, sampai dengan saat ini situasi keamanan di Kabupaten Lanny Jaya kondusif, tidak ada operasi penyisiran aparat gabungan sesuai informasi yang beredar di tengah masyarakat.

“Informasi itu tidak benar atau hoax. Di sini aman saja, tidak ada itu operasi gabungan apalagi sampai masyarakat jadi korban dan itu memang tidak benar dan dibesar-besarkan oleh oknum-oknum tidak bertangung jawab,” tegasnya.

Dirinya pun menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi yang belum tentu bisa dipertangungjawabkan kebenarannya. Foto telah beredar itu merupakan foto saat anggotanya melakukan patroli rutin, memantau situasi kamtibmas beberapa waktu lalu.

“Saya harap masyarakat tidak perlu langsung percaya dengan informas-informasi yang belum tentu benar dan kami sebagai pihak penegak Hukum pun tidak mungkin melakukan hal-hal diluar perintah pimpinan apalagi melakukan aksi yang bisa menciderai warga yang tidak bersalah,” terangnya.

Sementara itu perlu diketahui informasi yang beredar menyebutkan aparat gabungan TNI-Polri telah melakukan Operasi pengejaran terhadap Panglima TPN PB La Pago Enden Erimbo Wanimbo selama enam hari. Dalam proses operasi ini terjadi penyisiran di rumah warga masyarakat yang berada di Kampung Pirime, Wunime, Ilunggime dan Kampung Kelonome.

Selama jalannya operasi pengejaran, menurut informasi, ada lima orang warga yang menjadi korban penganiayaan aparat gabungan antara lain yakni Nias Wakerkwa (35), Wumokor Wakerkwa (30), Mekias Wenda (28 ), Wakoner Wenda (29) dan seorang siswa SMP atas nama Rian Wenda (14). Selain itu juga sebanyak 40 orang mengungsi ke dalam hutan lantaran merasa takut.

Selain itu juga informasi yang beredar menyebutkan hingga saat ini aktivitas gereja serta aktivitas warga tidak dapat berjalan normal karena pasukan TNI/Polri masih ada di lokasi markas dan berada di setiap ruas jalan di sekitar wilayah pirime. *