Jurnalis Papua Kunjungi Gapoktan Mitra Arjuna Batu Malang, Binaan BI yang Menginspirasi

Kepala Tim BI Papua, Remon Samora menyerahkan cindera mata kepada Ketua Gapoktan Mitra Arjuna, Lucky Budiarti/Andi Riri

MALANG, wartaplus.com - Mengunjungi Provinsi Jawa Timur belum lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Kota Batu Malang, yang menjadi salah satu ikon wisata yang menawarkan keindahan alam pegunungan dengan hawa nan sejuk, suhu rata rata 11 - 19 derajat celcius.

Hampir setiap tahun, jutaan wisatawan baik asing maupun lokal mengunjungi Kota yang dulunya merupakan bagian wilayah administratif Kabupaten Malang ini.

Selain menyajikan pemandangan alam yang luarbiasa indahnya, para wisatawan juga bisa menikmati beragam kuliner dan juga oleh oleh khas dari kota yang dijuluki kota Apel tersebut.

Berbagai macam oleh oleh seperti cemilan dan juga minuman berbahan dasar buah dan sayuran tersedia, dan semuanya diproduksi dari rumah oleh warga setempat yang tergabung dalam sejumlah kelompok tani (UMKM).

Dari 24 Desa, ada 22 Kelompok Tani. Salah satunya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mitra Arjuna yang berada di desa Junggo Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu.

Selain terus mendongkrak sektor pariwisata dan pertanian guna meningkatkan perekonomian, pemerintah daerah setempat juga mengembangkan berbagai sektor pendukungnya, salah satunya adalah pengembangan produk UMKM.

Gapoktan Mitra Arjuna adalah salah satu UMKM yang menjadi Binaan Kpw Bank Indonesia Malang sejak 2011 silam.

Didirikan oleh Ir. Luki Budiarti, menjadi salah satu Gapoktan yang menginsipirasi dan pernah mengharumkan nama Kota Batu dengan menjadi juara 2 dalam lomba klaster Bank Indonesia tingkat nasional pada 2018 lalu.

Kepada rombongan wartawan dan KPW BI Papua yang berkunjung ke pusat sentra produksi Mitra Arjuna, Selasa (06/06), Lucky Budiarti yang didampingi Imam Hanafi selaku Ketua II Gapoktan Mitra Arjuna membeberkan bagaimana sejarah terbentuknya gapoktan Mitra Arjuna sehingga bisa terus eksis mempertahankan kualitas produksi dan pemasarannya hingga kini.
 

Krisis Moneter

Berawal dari terjadinya krisis moneter di tahun 1998, membuat seorang Lucky Budiarti yang seorang sarjana arsitektur memilih untuk resign dari pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta, dan kembali ke kampung halamannya.

"Awalnya saya berjualan apel di depan rumah, itupun karena saya merasa tertantang melihat tetangga saya tinggal di kampung, hanya seorang petani tapi mampu membangun rumah dan membeli mobil," ungkapnya.

Ia kemudian berjualan apel dan ternyata cukup laku. Melihat potensi agrobisnis cukup besar di desanya, ia kemudian mulai menekuninya.

Berkat perkenalan dengan seorang warga negara Jepang saat kursus bahasa Jepang, Budiarti kemudian bekerjasama dengan Sagami Jitsuguya Co Ltd, perusahaan florikultura dari Kanagawa Jepang.

Ini merupakan ekspor pertamanya ke luarnegeri yakni ekspor tanaman bunga sandersonia yang ditanam di lahannya sendiri seluas 1 hektar. Kemudian ekspor ubi ungu dan cabai ke Jepang dan Singapura.

"Bersama suami, kami mendirikan CV Arjuna Flora pada 2002. Dan belajar secara otodidak cara mengekspor," tukasnya.

Selain ekspor umbi ungu, perusahaanya juga mengekspor cabai. Ia bermitra dengan ratusan petani baik petani umbi maupun cabai.

Selain berwirausaha, dibantu Imam Hanafi, Luki Budiarti kemudian mendirikan Gapoktan Mitra Arjuna pada 2007 silam, yang hingga kini jumlah anggotanya sudah mencapai ratusan orang.

Gapoktan ini menaungi 5 kelompok tani yang mengurusi komoditas sayur-mayur, apel, jamur, bunga potong, dan olahan di Desa Tulungrejo. Sayur mayur dan buah buahan inilah yang kemudian diproduksi menjadi cemilan seperti kripik apel, jamur, brokoli, nangka, nanas, lemon kering dan minuman sari buah apel juga kopi.

Terima Kasih Bank Indonesia

Kepada wartawan, Imam Hanafi membeberkan bahwa, keberadaan kelompok tani berdampak besar bagi kemajuan pola pikir dan pola sikap anggotanya.

“Dahulu petani hanya berpikir cara memanen hasil yang banyak dan berkualitas. Akibatnya saat terjadi panen raya, harga jatuh petani rugi besar," ungkapnya.

Hanafi mengaku bersyukur dan berterimakasih karena semenjak petani bergabung dengan gapoktan Mitra Arjuna dan mendapat pembinaan dari Bank Indonesia serta pemerintah daerah setempat, kini petani sudah bisa memikirkan pasar untuk mendapatkan kepastian harga, dan juga berapa luasan yang mesti mereka produksi.

"Jadi pembinaan bank Indonesia itu bukan hanya tentang bagaimana menata manufakturnya, manajemen kelembagaannya tetapi juga bagaimana memasarkan produknya," jelasnya.

"Menjadi binaan Bank Indonesia itu wajib naik kelas, kalau jadi binaan hanya terima program, itu bukan orang binaan bank Indonesia," sambung Luki Budiarti.

Ia berharap kisah hidupnya dan juga Gapoktan yang dirintisnya bisa menginspirasi orang lain untuk terus berjuang dalam meraih kesuksesan.

"Saya ingin hidup yang singkat ini bisa bermanfaat bagi semua orang. Jangan pernah malu, terus berusaha dan semangat untuk meraih kesuksesan," ucapnya.

Dalam kesempatan kunjungan itu, Kpw BI Papua menyerahkan cindera mata berupa uang pecahan Rp10.000 yang bergambar pahlawan Nasional asal Papua, Frans Kaisiepo, diserahkan secara simbolis oleh Ketua Tim, Raymond kepada ibu Luki Budiarti.

Raymond berharap, kunjungan wartawan ke gapoktan Mitra Arjuna ini nantinya bisa disebarluaskan dalam pemberitaan, sehingga UMKM bisa terinspirasi dan termotivasi untuk mengikuti kesuksesan serupa.**