Kepala Penerangan Kogabwihan III: KKB Menyebar Fitnah, OPM: Kepala Penerangan Kogabwihan III Berbohong

Juru Bicara Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambom/wartaplus.com

JAYAPURA,wartaplus.com - Kepala Penerangan Kogabwihan III, Kol Czi IGN Suriastawa berbohong di publik.  Ini  dikatakan Juru Bicara Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambom kepada wartaplus.com, Senin (21/9) pagi

“Setelah Pdt. Gemin Nirigi, penerjemah Alkitab Bahasa Nduga, ditembak mati TNI pada 2018 di Mapenduma, sempat TNI menyangkal mereka katakan bahwa kami tidak tau namun terungkap kemudian,”ujar Sebby Sambom. Pdt. Yeremia Janambani, STh, penerjemah Alkitab bahasa Moni ditembak di Intan Jaya.

Seperti diberitakan dalam rilisnya Kepala Penerangan Kogabwihan III, Kol Czi IGN Suriastawa mengatakan,  seorang pendeta bernama Yeremia Zanambani meninggal usai ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Minggu (20/9).

"Kejadian terjadi di Kampung Hitadipa, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, pada Sabtu (19/9/2020) sekitar pukul 18.00 WIT," ujar Kapen Kogabwihan III, Kol Czi IGN Suriastawa, melalui rilis, Minggu (20/9/2020). Pendeta Yeremia Zanambani merupakan masyarakat asli Suku Moni yang juga berperan membuat terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Moni.

Suriaswata menegaskan, apa yang dilakukan KKB di Intan Jaya tidak lain untuk mencari perhatian dunia internasional menjelang sidang umum PBB pada 22-29 September 2020. "Seperti yang telah saya sampaikan kemarin, mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini,"ujarnya.

Ia pun mengecam tindakan KKB yang juga menyebar fitnah melalui media sosial dengan menuduhkan pembunuhan terhadap Pendeta Yeremias Zarambanin kepada pihak TNI. Menurut dia, apa yang dilakukan KKB sudah sangat meresahkan masyarakat.

"Dari sejak tadi pagi, tiga akun mereka mulai menyebarkan berita bohong dengan memutar balikkan fakta. Fitnah mereka di medsos, jelas sudah setingan dan rekayasa untuk menghasut masyarakat sekaligus menyudutkan TNI/Polri dan pemerintah menjelang sidang umum PBB,"kata Suriaswata.*