Jangan Bersikap Masa Bodoh dan Hanya Mengeluh Serta Mengeritik Pemerintah

Terkait Virus Corona, Uskup Jayapura Keluarkan Surat Gembala

Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar, OFM /Istimewa

JAYAPURA,wartaplus.com-Masyarakat dunia panik karena serangan virus korona baru yang diberi nama COVID-19. Bagaimana tidak panik? Virus baru itu yang mulai beraksi di Wuhan, Cina, beberapa bulan yang lalu, menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia. Kini sudah menyebar ke semua benua, kecuali Antartika.

Maka WHO memaklumkan keadaan itu sebagai pandemi. Di negara kita virus itu sudah berkembang di Jakarta, Jawa, Bali dan beberapa provinsi di bagian barat itu. Kewaspadaan meningkat. Gubernur Jakarta sedang merancang tindakan menutup Jakarta.

“Pemerintah Papua juga berencana untuk menutup Papua baik untuk yang datang dari luar maupun untuk yang mau keluar Papua. Sementara itu, kepada seluruh masyarakat, Pemerintah menyebarkan berbagai petunjuk mengenai cara menghadapi virus itu serta “protokol” penanganannya. Saya tidak merasa perlu mengulangi semua petunjuk itu. Tetapi beberapa hal yang lebih umum dan mendasar mau saya sampaikan kepada umat keuskupan kita,”ujar Uskup Jayapura Leo L Ladjar dalam surat gembalanya yang diterima wartaplus.com, Selasa (17/3) pagi. Dikatakan Uskup, hal yang mendasar  yang harus diperhatikan bagi umat keuskupan kita;

1. Ikutilah petunjuk-petunjuk yang disampaikan pemerintah untuk membendung dan menangani dampak virus Corona. Jangan bersikap masa bodoh dan hanya mengeluh serta mengeritik Pemerintah yang dianggap lamban dan sebagainya.

2. Wujudkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kebersihan tubuh, rumah dan lingkungan hidup pasti bisa menghambat virus itu untuk masuk ke tubuh kita sendiri dan ke tubuh orang lain. Makanan yang sehat dan irama hidup yang tertib meningkatkan kekebalan tubuh kita sehingga mampu menolak virus corona.

3. Tidak perlu kontak fisik waktu bersalaman, waktu beri salam damai dan ungkapan keramahan lainnya. Perhatikan etiket yang umum waktu berada dan berbicara dengan orang lain misalnya agar air liur atau cairan flu tidak menyembur ke orang lain. Penggunaan masker dan saputangan untuk menutup mulut waktu bicara dan bersin pasti tidak melanggar sopan-santun dalam situasi kini.

4. Sebaiknya hindarilah pertemuan dan perkumpulan dengan orang banyak, dan tidak bepergian ke tempat-tempat yang sudah terjangkit corona. Perkumpulan untuk misa dan ibadat lainnya tetap kita jalankan sambil memantau situasi dan mendengarkan petunjuk dari Pemerintah. Tetapi mereka yang merasa kurang sehat dengan gejala yang mencurigakan sebaiknya berdoa di rumah saja dan tidak harus ke gereja.

5. Perhatian kepada virus corona dan cara-cara membendung serta menanganinya jangan sampai membuat kita lupa bahwa ada virus lain yang masih merupakan ancaman serius. Misalnya HIV, DBD/demam berdarah, dan malaria. Demam berdarah pada 12 Maret sudah ada 17.820 kasus dengan kematian sudah 104. Malaria masih endemi, terus bercokol di daerah-daerah kita. HIV-Aids Papua masih nomor atas. Cara-cara mencegah dan mengatasinya pun sudah berulang kali disosialisasikan. Tetapi semuanya masih mewabah.

“Maka perlu perbarui lagi tekad untuk membendungnya: kebersihan rumah dan lingkungan dari sampah dan genangan air agar nyamuk tidak bersarang dan berkembang; jauhkan diri dari pergaulan bebas yang membawa ke pelanggaran moral dan pencemaran kekudusan tubuh. Puasa dan pantang dalam masa tobat ini adalah saat berahmat untuk melatih diri kita dalam kesucian dan kekudusan. Ada jenis virus yang hanya bisa dikalahkan dengan puasa dan doa. Semoga Tuhan membantu kita untuk selalu berlaku bijak dalam hubungan dengan sesama dan dalam menjaga martabat luhur tubuh kita,”ujar Uskup.*