Peserta AC Diingatkan Soal Pinang dan Burung Cuit

Mentor, Dayu Rifanto (kiri) bersama peserta AC di Sorong /Dok. Dayu

SORONG-Sejumlah warga Papua Barat dari berbagai latar belakang mengikuti kegiatan Active Citizen (AC) sejak 16 hingga 19 Desember 2019 di SMK Negeri 1 Kota Sorong, Papua Barat.

Salah satu penanggung jawab AC, Dayu Rifanto selaku owner Buku Untuk Papua (BUP) menuturkan bahwa AC adalah pelatihan dari British Council, yang sudah dilakukan selama 10 tahun di Indonesia dan kali pertama untuk Sorong.

"Kebetulan, baru ada dua organisasi di Papua Barat yang bisa selenggarakan pelatihan ini, yaitu Buku untuk Papua dan Komunitas Gaba ceria, yang tergabung dalam Forum Literasi Sorong Raya dan Forum TBM Sorong. Untuk peserta ada 25 peserta yang terdaftar dan ikut pelatihan ini, dari 20 organisasi atau inisiatif di Sorong Raya termasuk peserta yang dari Maybrat dan Raja Ampat," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa AC adalah pelatihan kepemimpinan sosial yang mempromosikan dialog antar budaya serta pembangunan sosial berbasis masyarakat. Dalam pelatihan ini, terdapat orang-orang dari berbagai macam latar belakang keyakinan, perspektif dan issue yang berbeda - beda dan melalui kegiatan ini semua belajar dan berbagi satu dengan yang lainnya,termasuk berinteraksi dengan satu peserta tuna rungu yang sangat aktif mengikuti pelatihan itu.

Dayu menambahkan bahwa Active Citizens sendiri sudah menghubungkan ribuan orang yang satu pemikiran dan yang terlibat dalam pelatihannya di seluruh dunia, dengan impian mendorong masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

"Tujuannya adalah teman - teman yang ikut pelatihan ini bisa membuat sebuah aksi sosial masing - masing atau dengan materi pelatihan ini bisa membuat sebuah peningkatan dari aksi sosial yang teman - teman sudah lakukan. Semangat AC adalah untuk perubahan tidak cukup hanya dengan kemauan, tetapi butuh pengetahuan, keterampilan dan jejaring," tandasnya.Salah satu materi yang diberikan adalah mengenai identitas atau branding. Dicontohkan seperti buah pinang.

"Saya bertanya, apa arti buah pinang bagi teman-teman di Papua. beberapa jawaban sangat dalam, salah satunya sebagai identitas. Nah dari refleksi teman-teman tentang buah pinang itu, saya setting the context bahwa di AC, aksi sosial kita harus berbasis konteks di Papua (ingat pinang). Contoh Kedua, Saya meminjam burung Cuit (burung kecil yang cukup dikenal di kota Sorong) dengan bercerita tentang upaya burung kecil ini untuk memadamkan kebakaran hutan (meminjam hutan lindung di km.14) dengan cara mengambil air dari kali dengan paruhnya yang kecil, lalu menyiram api besar dengan air dari paruhnya itu. Usahanya dianggap sia-sia oleh binatang lain, tapi burung cuit ini menjawab "hanya ini yang bisa saya lakukan untuk menyelamatkan rumah saya, tempat tinggal saya, tempat tinggal kita" dan akhirnya semua binatang ikut membantu memadamkan api, agar kampungnya bisa ditinggali kembali. Nah, aksi sosial teman2 nanti bisa tidak besar, sesuai dengan kemampuan, itu tidak apa2 (ingat burung Cuit). Ketiga, saya memilih gesture berlutut dilantai karena ingin mengirimkan pesan non-verbal kepada seluruh peserta bahwa saya datang bukan sebagai orang paling tahu, paling jago, tapi kita setara, sy buat mata saya sama tinggi dengan mata peserta. Semoga ini akan menjadi 4 hari yang membahagiakan. Sebuah kontribusi kecil dalam merawat dan menyayangi Indonesia," harap pria berkaca mata itu mengakhiri kolaborsi baik pelatihan tersebut. *