Bermodalkan Iman yang Kuat, Ema Mabel Sukses Kembangkan Usaha Salon Kecantikan

Ema Mabel/Riri

JAYAPURA,-Menekuni usaha salon kecantikan tak banyak dilakonin oleh perempuan asli Papua. Namun perempuan asal lembah baliem Kabupaten Jayawijaya ini, justru sebaliknya.

Bermodalkan iman yang kuat, seorang Ema Mabel berani tampil bersaing dalam bisnis salon yang terus menggeliat di era sekarang ini. Apalagi, salon yang awalnya dibentuk bersama beberapa teman kuliahnya di Universitas Sain dan Teknologi Jayapura (USTJ) pada 2009 silam lebih dikhususkan untuk mempercantik perempuan papua.

"Jadi setelah lulus kuliah tahun 2009, saya kemudian bersama teman Ega berinisiatif membuka salon. Awalnya, kita hanya menerima anyaman rambut ala ala perempuan papua, lalu kemudian secara pelan pelan kita menerima perawatan rambut lainnya tapi memang khusus untuk perempuan papua," ungkap Ema saat ditemui wartaplus.com di salon "Channy" miliknya yang berada di kawasan Perumnas III Waena (putaran taksi arah kampus Uncen Atas), Kamis (5/4)

Sarjana Geologi Pertambangan ini mengungkapkan alasan dirinya menekuni bisnis salon, yangdikhususkan untuk perempuan Papua. "Jadi saya  terinspirasi dengan kisah pengalaman seorang mama Papua yang pertamakali membuka salon Oridex di kotaraja yang khusus untuk perempuan Papua. Dari beliau saya banyak belajar," ungkap ibu dari Channy Novita Ester Itlay ini.

Merasa perlu terus belajar, Ema juga sempat magang di salah satu salon milik pengusaha Tionghoa. Namun dia merasa sedikit kecewa karena niatnya untuk mendapatkan ilmu, justru tidak didapatkan.

"Dari pengalaman itu saya melihat bahwa ide itu sangat mahal untuk memotivasi yang lain,"ujarnya.

Memiliki seorang anak disaat masih berstatus mahasiswa, juga menjadi salah satu alasan, mengapa Ema harus segera bekerja usai lulus kuliah.

Bantuan Pemerintah

Berbekal uang bantuan pemerintah semasa kuliah, sebagian disisihkannya untuk menjadi modal membuka salon pasca lulus kuliah.

"Salon Papua disamping Koramil Abe itu salon pertama saya, yang saya buka bersama teman kuliah. Awalnya kita hanya terima anyaman rambut, kebetulan kami punya keahlian anyam noken jadi itu yang kita aplikasikan," ujarnya seraya tertawa

"Puji Tuhan banyak sekali yang datang ke salon. Bahkan kalau ramai sekali, kita kadang pulang sampai dini hari," sambungnya.

Dewi fortuna menghampiri usaha Ema dan rekannya ketika dia kemudian diundang untuk mengisi acara dialog di salah tv lokal papua kala itu.

"Acara dialog itu banyak yang menelpon dan memberikan support. Akhirnya salon kami banyak dikenal orang," akunya

Bahkan sejumlah ibu pejabat dari daerah pegunungan Papua sampai saat ini telah menjadi pelanggan setianya.

Jadi PNS

Ditengah ramainya pelanggan yang datang, sayangnya saat itu Ema justru membuat keputusan untuk berhenti setelah mendapatkan tawaran menjadi PNS di Pemkab Jayawijaya.

"Saat itu saya putuskan untuk berhenti dari salon kembali ke wamena dan ikut tes cpns. Puji Tuhan tahun (2009) itu juga saya lulus dan bekerja di dinas lingkungam hidup," tuturnya.

Karena memang jiwanya di "Salon", pada 2010 Ema kemudian kembali membuka salon di Mall Wamena dengan bantuan dinas perindag setempat.

"Saat itu saya mempekerjakan lima orang perempuan yang bernasib sama dengan saya ditinggalkan suami. Saya ajar mereka secara pelan pelan sampai akhirnya mereka bisa sendiri tangani pelanggan," ungkap Ema yang juga belajar otodidak bagaimana perawatan rambut, muka, bahkan cara make up ala perempuan Papua

"Walau kita dalam konsep NKRI, tapi kulit dan rambut perempuan Papua ini kan berbeda dengan perempuan dari suku lain. Makanya saya fokus belajar tekhnik perawatan bagaimana bisa mempercantik orang Papua, mulai dari rambutnya, wajahnya sampai tubuhnya juga fashionnya (pakaian) yang cocok untuk dikenakan,"beber perempuan 38 tahun ini.

Emansipasi Perempuan

Lebih  jauh diungkapkan Ema, menekuni bisnis salon kecantikan merupakan bagian dari emansipasi perempuan papua. "Bahwa hari ini  kita tak hanya dinilai dari kinerja tapi juga bagaimana penampilan kita sebagai perempuan Papua,"akunya

"Saya meski tidak memiliki apa apa tapi saya bersandar dengan iman, saya yakin bisa mencapai apa yang saya inginkan. Prinsip saya dengan modal seratus saya harus bisa menghasilkan dua ratus," ucap Ema

Menurutnya, tidak ada kata terlambat untuk terus belajar. Meski telah menjadi PNS, Ema selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pelatihan kecantikan diluar Papua

Salah satu yang menjadi kendala dalam menjalankan usahanya, ungkap Ema adalah kemampuan SDM.

"Terkadang stres juga kalau lihat apa yang saya ajarkan belum bisa mereka aplikasikan dengan baik. Itu aja sih," tukasnya.

Sukses dengan usaha salonnya di Wamena, Ema kemudian berekspansi kembali ke Jayapura dengan membuka salon channy

Ema berharap kisahnya ini bisa menginspirasi perempuan Papua lainnya untuk tidak takut terjun dalam berwirausaha apalagi usaha mikro seperti yang digelutinya.

"Kita sebagai perempuan Papua, kita harus tunjukkan bahwa kita juga mampu bersaing dalam dunia usaha dengan mereka yang berasal dari luar Papua," pesan Ema yang diujung ceritanya juga mengaku saat ini sedang mencoba mendesain batik dengan motif wamena.**