Raja Ampat Bentuk Tim Tangani Ledakan Bintang Laut Berduri

Seminar memperkenalkan metode penanganan Bintang Laut Berduri dengan menggunakan larutan cuka dan metode pengangkatan Bintang Laut Berduri dengan menggunakan sumpit/Istimewa

SORONG,-Sebanyak lebih dari 80 orang memenuhi Aula Pertemuan Lantai 1 Kantor Bupati Raja Ampat di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Senin (10/9).

Antusiasme tersebut digerakkan oleh keprihatinan para pihak akan serangkaian kejadian yang terjadi terkait dengan peningkatan populasi Bintang Laut Berduri (Acanthaster planci) secara signifikan di Raja Ampat. 

Dalam rilis yang diterima, kegiatan tersebut dilatar belakangi kehawatiran jika populasi dari Bintang Laut Berduri atau dikenal juga dengan nama Bulu Seribu telah melebihi ambang batas sebanyak 30 individu per hektar, maka fungsinya dalam ekosistem akan bergeser dari ‘penyeimbang’ menjadi ‘pemangsa’ yang akan mengkolonisasi suatu habitat dalam hal ini terumbu karang secara masif hingga berujung kepada kerusakan. 

Rusaknya suatu habitat tentunya akan berdampak langsung pada aktivitas pemanfaatan di dalam kawasan konservasi perairan yang didominasi oleh sektor perikanan dan pariwisata.
Seminar ini digagas oleh Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Konservasi Perairan (UPT Pengelola KKP) Kepulauan Raja Ampat Provinsi Papua Barat dengan menggandeng Conservation International (CI) Indonesia, Raja Ampat Science Education Awareness (SEA) Centre, dan PT. Emerald Ocean Nusantara (EON) Engineering.

Dalam pembukaannya, Sekda Kabupaten Raja Ampat, Yusuf Salim menyatakan bahwa Raja Ampat adalah milik kita semua, bukan hanya pemerintah dan LSM. Seminar ini juga penting untuk pelaku industri pariwisata. 

"Pemerintah mendukung penuh dan akan menanggapi hal ini dengan serius. Dinas Kelautan dan Perikanan, dengan koordinasi bersama Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata, serta SKPD terkait lainnya, akan melakukan penanganan Bintang Laut Berduri secara rutin," ujar Yusuf Salim.

Dalam presentasinya mengenai fakta-fakta seputar Bintang Laut Berduri , Dr. Mark V. Erdmann seorang ilmuwan yang sudah tidak asing lagi dengan upaya konservasi di Raja Ampat memaparkan bahwa selain berkurangnya predator alami, aktivitas manusia dan salinitas air yang lebih rendah juga turut berkontribusi dalam perkembangan populasi Bintang Laut Berduri.

Dalam seminar tersebut juga diperkenalkan metode penanganan Bintang Laut Berduri dengan menggunakan larutan cuka dan metode pengangkatan Bintang Laut Berduri dengan menggunakan sumpit bambu.

Penggiat lingkungan dari Raja Ampat Science Education Awareness (SEA) Centre juga mengembangkan sebuah dokumen berbasis online yang dapat diakses oleh siapapun yang berminat untuk melibatkan dirinya dalam inisiatif ini. 

Data yang diperoleh hingga awal September sebanyak 3.233 Bintang Laut Berduri telah diangkat dari Selat Dampier khususnya perairan di sekitar Arborek dan Irwor Arwaf.

Dari hasil seminar tersebut menghasilkanlah 9 butir usulan awal rencana aksi yang bersumber dari peserta Seminar, termasuk pembentukan Tim Aksi Bintang Laut Berduri (Crown of Thorns Starfish Action Team) terdiri atas beberapa organisasi pemerintah maupun non pemerintah yang akan dikoordinir secara sukarela oleh Raja Ampat Science Education Awareness (SEA) Centre.

“Rencana aksi bersama ini penting karena kita tidak bisa menangani Bintang Laut Berduri secara sendiri-sendiri, tapi butuh partisipasi semua pihak, karena Raja Ampat cukup luas sehingga jika dilakukan bersama kita bisa memastikan penanganan dengan baik” tutup Meidairti Kasmidi, Sustainable Tourism & Alternative Livelihood Senior Coordinator dari Program Kelautan Raja Ampat CI Indonesia yang memandu seminar tersebut. 

Sebagai nara sumber dalam seminar tersebut Vice President Marine Porgram Conservation International Asia Pasifik, Mark V. Erdmann,  Senior Officer MPA Monitoring Program Kelautan Raja Ampat, Ronald Mambrasar, PT. Emerald Ocean Nusantara, Warwick Alliston dan Raja Ampat SEA Centre, Arnauld Brival. 

Kegiatan tersebut dihadiri oleh UPT KKP,  perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia, Raja Ampat Dive Resort Association, Asosiasi Homestay Raja Ampat, asosiasi driver pariwisata, akademisi dan mahasiswa UNIPA, PADRA dan pemangku kepentingan lainnya.*