Festival Bahari Raja Ampat Ada Pendidikan Soal Lingkungan

Sejumlah pelajar saat menyimak penjelasan mengenai pendidikan lingkungan hidup?CII Sorong

WAISAI-Festival Bahari resmi dibuka oleh Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, Jumat (18/10) dan akan berakhir pada 22 Oktober mendatang.

Salah satu daya tarik Festival Bahari adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), yang efektif untuk menyebarkan ‘virus’ cinta lingkungan, khususnya bagi generasi muda.

Beragam materi disampaikan melalui metode interaktif dan menyenangkan yang diterapkan secara sistematis oleh organisasi nonprofit seperti, Conservation International (CI) Indonesia dan The Nature Conservancy (TNC) dalam upaya kolaboratif mengembangkan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Raja Ampat dan sejak tahun 2012, PLH diterapkan secara lebih spesifik oleh Yayasan Kalabia Indonesia (YaKIn).

Pada hari Sabtu (19/10) pagi, sebanyak 46 siswa dan siswi SMP YPK Alfa Omega dan SMP Negeri 14 Waisai mengerubungi tenda di hadapan panggung utama yang bertempat di Pantai Waisai Torang Cinta (WTC). Dengan antusias mereka mengikuti setiap topik mengenai KKP, ekosistem laut, dan bintang laut berduri.

Festival Pesona Bahari Raja Ampat 2019 akan menyelenggarakan PLH hingga tanggal 22 Oktober 2019; bertepatan dengan acara penutupan. Selain organisasi-organisasi di atas, Dinas Pariwisata Raja Ampat juga menggandeng Fauna & Flora International (FFI) Indonesia, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, hingga program Bank Sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Raja Ampat.

Sofyan Darwis, guru Bahasa Indonesia dari SMP Negeri 14 Waisai, mengungkapkan, siswa wajib mengetahui laut yang ada di Raja Ampat. Selain muatan lokal bagi sekolah dasar, pendidikan lingkungan hidup bagi SMP juga perlu agar bisa lebih dalam lagi menjaga lingkungan hidup.

Kebutuhan akan pendidikan lingkungan hidup di berbagai jenjang pendidikan dasar tersebut juga diamini oleh Grasilaria Nabila Omkarsba, siswi kelas IX dari SMP Negeri 14. Ia menyatakan betapa perlunya PLH dimasukan ke dalam kurikulum melalui mata pelajaran Muatan Lokal.

Vakumnya YaKIn memang berdampak signifikan terhadap intensitas pelaksanaan PLH di Raja Ampat, terutama di luar Waisai. Namun bukan berarti tidak ada organisasi lain yang siap untuk melanjutkan upaya serupa.

Sementara itu Bertha Matatar, Raja Ampat Senior Officer Outreach dari CI Indonesia, bersepakat bahwa memang ada yang mesti meneruskan PLH ini. 

“Akan jauh lebih bagus jika Pendidikan Lingkungan Hidup juga turut masuk dalam kurikulum di sekolah, karena lembaga seperti LSM kan tidak akan selamanya berada di sini," ujar Marta.*