Anak Muda Papua Wajib Tahu Soal Hulu Migas

Sejumlah pemuda kampung saat mendengarkan pemaparan soal Hulu Migas oleh Humas SKK Migas di Aimas/Ola

SORONG-Yayasan Kitong Bisa yang merupakan yayasan berorientasi pada kewirausahaan, enterpreuner, inovasi dan sosial movement terus melakukan upaya mengangkat kualitas sumber daya manusia khususnya pemuda.

Ketua Yayasan Kitong Bisa, Billy Mambrasar didampingi Project Manager kegiatan sosialisasi Hulu Migas, Alan Wambrauw di Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Senin (23/9) menuturkan bahwa narasi Kitong Bisa berbeda yaitu anak muda bukan hanya menuntut tapi bisa bikin sesuatu untuk pembangunan dan fokus membangun.

"Kami terus memberikan inspirasi kepada anak muda Papua untuk berinisiatif dan berinovasi. Papua punya kekayaan alam tapi penting sekali untuk menyiapkan SDM berskill dan mampu untuk mengelola SDA tersebut guna mensejahteraan masyarakat di Papua," ujar Billy.

Di Papua, dengan 7 wilayah adat berbeda memiliki potensi yang berbeda-beda. Misalnya Pertanian di wilayah Manokwari dan migas di wilayah Sorong. 

"Bagaimana pemuda dapat mebantu industri pengelolaan migas, bukan sebagai karyawan tapi memiliki ide-ide bisnis yang nantinya menjadi peluang kerjasama dengan skk migas atau perusahaan migas lainnya, dengan pola pikir kemandirian dan kemakmuran," tambah Billy.

Ditambahkan oleh Alan bahwa ada sekitar 120 peserta pemuda Kampung yang mengikuti kegiatan tersebut yang berasal dari wilayah Ring 1 kegiatan hulu migas yaitu Salawati tengah, Seget dan Klamono.

Diharapkan dengan mengikuti kegiatan workshop tersebut, anak-anak muda paham mengenai kegiatan hulu migas.
Kepala departemen humas SKK Migas, Galih Setiawan merasa senang dapat berkolaborasi dengan Yayasan Kitong Bisa yang fokus mengajak pemuda Papua untuk memiliki jiwa kewirausahaan berbasis bahasa Inggris.

"Tujuannya sangat bagus, sehingga bisa bersinergi. Kegiatan ini bukan tujuan akhir, karena usai ini, kalau ada kegiatan SKK Migas atau K3S lainnya, akan kolaborasi dengan pemuda ini," ujar Galih.

Ditambahkan olehnua bahwa potensi SDM dan SDA harus berimbang dan optimal dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Papua.

"SDA Kita di Pamalu tidak terlalu besar, ketersediaan minyak di Indonesia sebanyak 775.000 barel, sedangkan Pamalu hanya 4 persen. Bagaimana Kita bisa meningkatkan, salah satunya dengan eksplorasi. Tapi jika eksplorasi terhambat, maka peningkatan juga berkurang. Selain itu SDM juga harus bisa berkomunikasi secara global, dominan berbahasa inggris," terang Galih.*