Lecehkan Tugas Wartawan

Permohonan Maaf Pengurus GMNI : Kami Saling Membutuhkan

Pengurus GMNI (tengah) bersalaman dengan Ketua PWI Sorong (kanan) dan Ketua IJTI Papua Barat (kiri)/Ola

SORONG-Pengurus GMNI Sorong melaui Ketua DPC GMNI Sorong, Raimon Yekwam, Sekretaris DPC GMNI, Tamalur Tiblola, Karateker Victory, Pitro Yesyan dan Karateker UMS, Jerson Tildjuir, menyampaikan permohonan maaf atas kejadian pelecehan terhadap jurnalis, yang dilakukan oleh salah satu kader mereka saat aksi unjuk rasa di kantor Balai Jalan Nasional Wilayah VII Kota Sorong, Papua Barat beberapa waktu lalu.

Bertempat di salah satu LBH, Raimon menyampaikan permohonan maafnya karena tidak mengetahui secara langsung aksi kader tersebut.

Diakui oleh Raimon bahwa kader yang bersangkutan adalah kader baru, sehingga belum memahami kinerja jurnalis.

"Selama ini Kita mahasiswa dan wartawan saling membutuhkan. Kami Mohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian tersebut dan berjanji tidak akan mengulangi kejadian yang sama," ucap Raimon.Ditambahkan oleh Tamalur bahwa yang bersangkutan juga telah diberikan sangsi berupa teguran oleh para Senior. 

Ketua PWI Sorong, Lexi Sitanala menegaskan bahwa wartawan Indonesia saat melakukan peliputan dilindungi oleh Undang-Undang dan Kode Etik Jurnalistik. Dirinya menghimbau kepada semua pihak untuk menghargai dan menghormati wartawan saat melakukan kerja jurnalistiknya.

"Kami menerima permohonan maaf dari adek-adek Mahasiswa dan ini menjadi pembelajaran buat semua pihak agar lebih menghargai kerja wartawan dalam peliputan. Kami juga terbuka kepada siapa pun yang mengetahui oknum wartawan yang kerja tidak sesuai Kode etik dapat melapor ke kami," ujar Lexi.

Ditambahkan oleh Ketua IJTI Papua Barat, Chandry Suripatty bahwa saat ini ada upaya sebagian kelompok atau orang yang menggembosi kerja-kerja jurnalis. Padahal keberadaan media massa masih dibutuhkan oleh masyarakat sebagai salah satu media yang memberitakan fakta.

"Media massa yang sudah terverifikasi tentunya dalam pengawasan Dewan Pers. Sehingga jika ada kesalahan dalam karya jurnalistik ada wasit yang menengahi. Semua ada aturan mainnya. Sedangkan wartawannya secara bertahap ditingkatkan kompetensinya dengan sertifikasi," terang Chandry.

Chandry juga menambahkan bahwa organisasi pers, PWI maupun IJTI siap melakukan edukasi kepada mahasiswa atau kepada pihak yang membutuhkan, mengenai kerja jurnalis agar dikemudian hari tidak terjadi salah paham. 

Sementara itu, Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Papua Barat, Olha Irianti secara pribadi mengatakan tidak ada masalah pribadi dengan pengurus GMNI ataupun kadernya. Dirinya membenarkan pernyataan Raimon bahwa Jurnalis dan mahasiswa saling membutuhkan. 

"Saya dengan pengurus GMNI ataupun kadernya tidak ada masalah pribadi, Saya hanya menyayangkan ada kader yang belum paham kerja kami di lapangan. Ini juga jadi pembelajaran kepada semuanya agar lebih menghargai Kami saat berada di lapangan," tegas Olha.