PWI dan IJTI Sesalkan Masih Ada Intimidasi Terhadap Wartawan Sorong

Ketua IJTI Papua Barat (kiri) dan Ketua PWI (kanan) saat menyatakan sikap atas intimidasi terhadap kerja Pers/Ola

SORONG-Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sorong Raya dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengurus Daerah Papua Barat menyayangkan oknum mahasiswa GMNI yang diduga melakukan intimidasi verbal terhadap wartawan saat meliput aksi demo menuntut perbaikan jalan Malaumkarta - Della di kantor Balai Jalan Nasional yang beralamat di jalan Sapta Taruna Kilometer 10 Sorong Senin (16/9).

Menyikapi permasalahan tersebut, PWI Sorong Raya dan IJTI Papua Barat merapatkan barisan berkumpul dan memberikan pernyataan sikap tegas terhadap perkataan oknum mahasiswa GMNI yang dianggap melecehkan Profesi Jurnalis, Senin (16/9) malam.

Ketua PWI Sorong Raya Lexi Sitanala, mengatakan seharusnya mahasiswa berpikir positif dan tidak menuduh profesi jurnalis tanpa bukti. Sebab wartawan Sorong sudah melakukan tugas Profesional dan sesuai kode etik.

Lexi meminta GMNI Sorong agar melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas pernyataan oknum mahasiswa tersebut sebab telah melecehkan profesi jurnalis.

Ketua Ikatan JurnalisTelevisi Indonesia (IJTI) Pengurus Daerah Papua Barat, Chanry Andrew Suripaty juga menyayangkan pernyataan oknum mahasiswa GMNI tersebut karena sudah melecehkan profesi jurnalis.

Dia mengatakan, jurnalis Sorong Raya telah melakukan tugas sesuai kode etik profesi sebagai  ketentuan undang-undang nomor 40 Tahun 1999. Tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada oknum wartawan yang bandel tetapi itu pribadi oknum bukan profesi. 

Chanry meminta GMNI Sorong agar melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas pernyataan oknum mahasiswa tersebut sebab telah melecehkan profesi jurnalis.

Ia menyampaikan bahwa akhir-akhir ini banyak kekerasan yang melanda wartawan di Sorong Raya seakan-akan ada upaya untuk menjatuhkan profesi jurnalis. Oleh karena itu, Chanry meminta agar seluruh wartawan sorong raya terlebih khusus PWI dan IJTI bersatu dan melakukan tugas dengan baik dan profesional.

Sebelumnya, sejumlah jurnalis yang meliput aksi unjuk rasa di kantor Balai Jalan wilayah XVII, diteriak oleh oknum mahasiswa wartawan dibayar sehingga tidak melakukan wawancara. Salah seorang Jurnalis, Olha Irianti kemudian menegur oknum mahasiswa tersebut namun disikapi dengan sikap yang kurang pantas dan merekam sejumlah jurnalis yang menegur dengan kamera ponsel.*