Kisah Perjalanan Wartawan Tertahan Semalam di Jalan Berlumpur Trans Papua Barat

Kondisi jalan lumpur terparah berada persisi di Jalan Trans Papua Barat tepatnya di Jalan Memeh, Distrik Tahota, Kabupaten Manokwari Selatan/Albert

TELUK BINTUNI- Inilah kisah pilu tim jurnalis media cetak, online dan televisi yang tiga jam lamanya harus berjalan kaki di atas jalan tanah berlumpur tebal setinggi lutut orang dewasa.

Kondisi jalan lumpur terparah berada persisi di Jalan Trans Papua Barat tepatnya di Jalan Memeh, Distrik Tahota, Kabupaten Manokwari Selatan atau kondisi jalan terkini di wilayah jalan trans Manokwari Selatan dan Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.

Pada Sabtu (15/6) siang rombongan wartawan bertolak dari Manokwari tujuan Teluk Bintuni untuk memastikan kondisi jalan tersebut, selain itu juga meliput HUT Teluk  Bintuni.

Rombongan sampai di Distrik Tahota dan harus berjalan kaki sepanjang 3 kilometer malam hari dengan manfaatkan cahaya senter. Meskipun lumpur tebal sampai di lutut orang dewasa, namun rombongan ini terus berjalan dan melewati puluhan kendaraan Hilux yang mengular di kolam pasir.

Selama dua hari rombongan di Teluk Bintuni dan pada Senin malam rombongan bertolak kembali ke Manokwari. Sampai di jalan Mameh, rombongan pun terkejut karena kendaraan Hilux masih mengular selama tiga hari.

Para sopir ini terus berusaha untuk memaksa kendaraan mereka melewati jalan berlumpur, namun kendaraan mereka tidak mampu mengalahkan ganasnya lumpur.

Salah satu alat berat berusaha mendorong menarik kendaraan, namun karena alat rusak sehingga tidak bisa membantu menarik kendaraan yang mengular.

Rahman, satu dari perwakilan sopir halux yang mandi lumpur seketika mengetahui rombongan wartawan langsung mengeluarkan keluhan  mereka selama tertanam tiga hari di tanah becek.

"Kami minta tolong kepada pemerintah untuk memperbaiki jalan ini agar tidak menyusahkan kami. Terutama penumpang yang sering ikut dari Manokwari ke Bintuni dan sebaliknya. Terutama penumpang anak-anak dan ibu-ibu," kata dia.

Rahma n menuturkan selama tiga hari disini makanan mereka habis dan harus berjalan kaki 5 kilometer ke kamp perusahaan untuk membeli makan dan minum.

Setelah berdiskusi dengan para sopir, rombongan ini lanjut jalan kaki karena hari sudah mulai gelap dan harus melewati tanah berlumpur tebal.

Sesekali jalan rombongan wartawan bertemu dengan penumpang anak-anak yang berjalan kaki dari Tahota melewati jalan berlumpur, bahkan menemukan penumpang yang memikul barang bawaan mereka melewati kondisi jalan terparah di atas bukit berlumpur.

"Kami berjalan kaki dari jalan Mameh sampai ke kamp perusahaan untuk menunggu tumpangan mobil Hilux ke Manokwari. Namun karena tidak ada kendraan sehingga rombongan wartawan bermalam di kem perusahaan satu malam" kata Niko, senior wartawan TVRI.

Pada Selasa siang rombongan ini menumpang truk perusahaan ke gunung Signal, mencari jaringan Telkomsel untuk meminta bantuan kendaraan agar bisa sampai ke Manokwari.

Setelah berkomunikasi dengan sesama wartawan di Manokwari dan sudah mendapat kepastian kendaraan, lalu rombongan harus menumpang lagi mobil Polsek Windesi ke Ransiki.

Namun sebelunnya dua orang wartawan menumpang kendaraan Kodam Papua Barat lebih dulu ke Ransiki. Apesnya lagi, rombongan ini sudah tidak mengantongi uang untuk bisa membayar kendaraan yang ditumpangi.

Pada Selasa malam, rombongan sampai di Ransiki dan membayar dua kendaraan penumpang untuk bisa sampai ke Manokwari. *