Papua Siap Jadi Tuan Rumah Konferensi Tahunan GCF Task Force 2021

Gubernur Lukas didapuk menjadi pembicara dalam konferensi tahunan Forum GCF pada sesi GCF Governor and Partners di kota Florencia/Istimewa

PHOENIX - Pemerintah Provinsi Papua siap menjadi tuan rumah konferensi tahunan Green Climate Funds Task Force (GCF Task Force) tahun 2021. Hal ini setelah usulan yang diajukan Gubernur Papua, Lukas Enembe disetujui oleh Forum GCF dalam konferensi tahunan GCF Task Force, di Caqueta, Kolombia, 1-3 Mei 2019 lalu.

“Papua akan jadi tuan rumah GCF 2021 setelah salah satu negara di Afrika menjadi tuan rumah pada tahun 2020,” tegas Gubernur Lukas sebagaimana rilis yang diterima wartaplus.com, Kamis (9/5)

Gubernur Lukas didapuk menjadi pembicara dalam konferensi tersebut pada sesi GCF Governor  and Partners di kota Florencia.  Sesi ini dihadiri oleh sekitar 50 gubernur dari seluruh dunia  yang wilayahnya memiliki hutan tropis

"Dari Indonesia, selain Papua ada juga Gubernur Klimantan Timur. Papua sebagai pemilik hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Amazon dan Kongo Bazin diundang sebagai pembicara dalam sesi pemerintah ," ujar Gubernur 

GCF adalah platform global yang unik untuk menanggapi perubahan iklim dengan berinvestasi dalam pembangunan rendah emisi dan ketahanan iklim. GCF didirikan untuk membatasi atau mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) di negara-negara berkembang, dan untuk membantu masyarakat rentan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang tidak dapat dihindari. Mengingat urgensi dan keseriusan tantangan ini, GCF diberi mandat untuk memberikan kontribusi yang ambisius terhadap respons global terhadap iklim

Papua Hutan Tropis 

Sementara itu dalam konferensi, Gubernur Lukas menyampaikan Papua sebagai pemilik hutan tropis siap berkontribusi sebagai paru-paru dunia. 

“Papua siap menjaga 90 persen hutan tropisnya. Tapi kami butuh bantuan. Sebab menjaga hutan tidaklah mudah. Karena besarnya tantangan yang kita hadapi, seperti pembalakan hutan dan perkebunan skala besar yang masif di Papua,” katanya.

Namun Lukas  meyakini cara masyarakat adat Papua memandang hutan sebagai “mama” merupakan satu kekuatan yang bisa berkontribusi dalam keberlanjutan hutan tropis Papua sekaligus menjaga Papua sebagai paru-paru dunia dan ketahanan iklim. 

Dia menyebut sekitar 85 persen hutan di Papua masih utuh dan sekitar 90 persen masyarakat adat Papua yang tinggal di atau dekat hutan. 

“Karena itu, kita ikut berkomitmen untuk pertumbuhan ekonomi hijau yang mengakui keberadaan masyarakat adat,” katanya.