Perekonomian Papua Triwulan I 2019 Alami Kontraksi

Ilustrasi Pertumbuhan ekonomi Papua

JAYAPURA - Perekonomian Papua pada Triwulan I 2019 mengalami kontraksi sebesar -20,13 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, penurunan dipengaruhi oleh hampir semua lapangan usaha, dengan kontraksi tertinggi dialami lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang turun -55,96 persen.

Berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan I 2019, perekonomian Papua mencapai Rp 43,59 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 31,14 triliun.

Diungkapkan Kepala Bidang Nerwilis BPS Provinsi Papua, Eko Mardiana, kontraksi pertumbuhan ini disebabkan terutama karena lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi cukup dalam hingga mencapai -51,52 persen akibat turunnya produksi tambang Freeport.

"Produksi bijih logam PT Freeport di Triwulan I mengalami penurunan produksi diakibatkan masa transisi penambangan dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah Grasberg Block Cave," ungkapnya dalam rilis BPS Papua, Senin (6/5).

Lanjut kata Eka, dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi dicapai oleh komponen ekspor luar negeri yaitu sebesar -63,64 persen.

"Ekonomi Papua triwulan I 2019 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, juga mengalami kontraksi sebesar -13,62 persen. Kontraksi tersebut dari sisi produksi disumbang oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar -25,04 persen," jelasnya.

Sementara kategori yang mengalami pertumbuhan negatif lainnya adalah kategori pertanian sebesar -1,25 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang tidak menentu yang menyebabkan beberapa komoditas andalan pertanian mengalami penurunan produksi.