Kota Sorong Dikepung Banjir

Sejumlah anak bermain digenangan banjir/Ola

SORONG-Warga masyarakat Kota Sorong  yang bermukim di Malanu, Kampung Bugis, Kompleks Rawa Indah, Melati Raya, belakang GOR, Kampung Baru dan Kilometer 10, kilometer 12 dan sejumlah titik di Kota Sorong, Papua Barat, dikepung banjir sejak Senin (29/5) hingga Rabu (1/5).

Selain disebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi, menurut sejumlah warga, banjir juga disebabkan oleh drainase yang buruk dan pengalihan lahan dari hutan lindung di seputaran Kolam Buaya Malanu yang dijadikan pembangunan perumahan.

"Kami tidak pernah mengalami musibah banjir separah ini, namun setelah lokasi itu di gusur, saat ini walaupun hujan hanya sebentar saja, kami tetap mengalami musibah banjir," ujar Sam warga Malanu saat mengungsi disalah satu rumah warga lainnya.
Salah satu pemerhati lingkungan, sekaligus anggota DPRD Otsus Papua Barat, Abraham Goram Gaman via pesan WA, menjelaskan bahwa Kota Sorong  hanya berjarak  3 meter dari permukaan laut (DPL), sehingga Pemkot Sorong harus segera melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan penataan ruang pembangunan dan lingkungan hidup dengan bijaksana, sehingga tidak sekedar memberikan ijin melakukan aktifitas pembangunan pada zona zona penyangga yang mengakibatkan masalah bencana banjir  berkepanjangan bagi warga masyarakat. 

Selain itu perlu melakukan danau buatan sebagai zona penampung air dengan drainase  yang efektif untuk mengatur pengairan air dengan baik hingga ke laut agar lancar.

Selain itu penangananan sampah rumah tangga perlu dikelola dengan baik dan masyarakat diwajibkan membuang sampah pada tempatnya.

"Jika masalah ecology (lingkungan) tidak diperhatikan dengan baik, maka Kota Sorong akan mengalami duka yang lebih parah pada tahun akan datang dengan perubahan iklim yang ekstrim dan kenaikan permukaan laut yang diprediksi oleh para ahli, bahwa di Tahun 2030 Permukaan Laut akan naik  mencapai 3 meter. Pemerintah diharapkan dapat melakukan Amdal terhadap hutan lindung di Kolam Buaya Malanu yang kini hutannya digusur untuk pembangunan perumahan. Ini mengancam lingkungan dan ikut memberi dampak banjir," ujar Bram.

Pemerintah Kota Sorong sendiri telah menurunkam sejumlah alat berat untuk mengeruk endapan lumpur dan sampah disejumlah drainase atau kanal. Namun kenyataannya, pengerukan belum membuahkan hasil yang diharapkan dan banjir masih terlihat menggenang disejumlah wilayah dataran rendah. *