Karena Alasan Ini, Carolus Boli Siap Maju Sebagai Caleg DPR RI

Carolus Boli (bertopi) saat foto bersama Sekjen DPP Demokrat, Hinca Panjaitan dan pengurus pusat lainnya /Istimewa

KARUBAGA - Meski bukan seorang putra asli Papua, namun keinginannya untuk membangun Papua cukup besar. Hal ini terbukti selama hampir dua periode (2009 -2019) menduduki jabatan sebagai wakil rakyat di DPR Papua, banyak hal yang telah dilakukan khususnya di bidang penganggaran untuk pembangunan mengingat selama dua periode menduduki jabatan sebagai Ketua Komisi Bidang Anggaran dan Aset Daerah DPR Papua.

Berbekal pengalaman selama hampir satu dekade di DPR Papua, Carolus Kia Kelen Boli, SE.MM, putra asli Adonara, Nusa Tenggara Timur (NTT),  kini kembali berkompetisi dalam ajang Pemilu Legislatif 2019. Namun bukan lagi di tingkat Provinsi, tetapi di tingkat Pusat dengan maju sebagai calon legislatif DPR RI dari partai demokrat, nomor urut 5 dengan daerah pemilihan Papua.

Saat berkampanye di Tolikara, Jumat (13/4), Carolus dihadapan ribuan massa dan simpatisan Demokrat membeberkan alasannya untuk maju sebagai caleg DPR RI.

Menurut dia, keinginannya untuk maju ke Senayan (DPR RI) karena nuraninya terpanggil untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat Papua yang lebih luas dan kompleks di parlemen Pusat. 

“Jika terpilih nanti, saya berharap, kami 10 orang yang berhasil dipilih oleh rakyat Papua, benar-benar kompak saat berada di Senayan untuk sama-sama bersuara memperjuangkan kepentingan Papua," seru pria yang telah menjadikan Papua sebagai rumah pertamanya (karena sejak kecil hidup di Papua tepatnya di Jayapura karena mengikuti orang tuanya sebagai perantau).

Sekertaris Umum DPD Demokrat Papua ini menilai selama ini masalahnya, para wakil rakyat Papua di DPR RI kurang kompak.

"Jangan seperti saat RUU Otsus Plus, ada yang dukung, ada yang malah berusaha menjegal, ini tidak baik bagi kepentingan rakyat Papua,” sindirnya.

Sejumlah Agenda Perjuangan

Lanjutnya ada beberapa hal yang akan menjadi agenda perjuangannya jika terpilih nanti.

Pertama adalah mendorong dan mengawal terus Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi Papua dan Kabupaten/Kota) untuk terus fokus membangun infrastrukur guna menciptakan konektivitas antardaerah. 

"Selain itu, persoalan berakhirnya dana Otonomi Khusus (Otsus) yang tersisa dua tahun lagi, juga harus segera dibicarakan bersama Pemerintah Pusat dan harus tetap dipertahankan, sekalipun nama atau formulanya berbeda,"ungkapnya.

Kedua, Pemerintah harus fokus menyelesaikan infrastruktur yang menjadi urat nadi utama.

"Kebutuhan pembangunan lain tetap penting, tetapi infrastruktur kita taruh di depan. Dengan infrastruktur jalan misalnya, titik-titik simpul di semua wilayah ini terhubung, seperti jalan Jayapura - Wamena yang sudah tembus sekarang ini, "kata pria yang merupakan sahabat dari Gubernur Papua, Lukas Enembe ini. 

Ketiga, konektivitas antardaerah juga akan jadi fokusnya terutama di wilayah Selatan yakni Merauke-Bovendigoel yang hingga kini masih sangat parah. Selain itu, juga infrastruktur jalan yang menghubungkan di wilayah Pegunungan Tengah dari Puncak Jaya ke Puncak dan dari Puncak ke Enarotali. Tanpa mengabaikan kebutuhan yang lain, jika semua infrastruktur ini bisa terhubung.

"Kita berharap dialah yang akan menjadi daya dorong, daya angkat, daya ungkit untuk kebutuhan pembangunan yang lain seperti pendidikan dan kesehatan,” harapnya.

Sangat Kompleks

Menurut Carolus, masalah  pembangunan di Papua ini sangat kompleks. Oleh karena itu, ia berharap, semua pihak yang tinggal dan datang di Papua harus memiliki hati yang tulus untuk membangun Papua. Selama pihak-pihak tertentu hanya memikirkan untung rugi dan tidak tulus ikhlas membangun Papua bergaya misionaris, kesejahteraan rakyat Papua sebagaimana diharapkan sulit tercapai. 

“Saya bukan siapa-siapa di atas tanah ini. Saya hanya bagian terkecil dari anak negeri ini. Oleh karena itu, saya hanya bisa memohon dan meminta dukungan suara dan doa dari seluruh rakyat Papua kepada saya. Kalau rakyat Papua berkenan memberikan suaranya kepada saya, saya berterima kasih banyak. Karena saya sadar benar dan tahu  bahwa suara yang ada di Papua ini adalah suara yang bernyawa. Suara itu harus direstui oleh tanah, alam dan negeri Papua ini dan terutama oleh Tuhan yang Maha Kuasa,”pintanya.