Karena Alasan Keamanan, Ujian Nasional di Nduga Dipindahkan ke Wamena

Ilustrasi guru mengajar di pedalaman Papua/google

JAYAPURA - Karena alasan keamanan yang kurang kondusif paska teror penembakan yang terus dilancarkan oleh kelompok kriminal bersenjata di wilayah Kabupaten Nduga, pelaksanaan ujian nasional baik tingkat SD, SMP dan SMA/SMK dipindahkan ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Ujian Nasional akan digelar pada awal Maret 2019

Ketua Panitia Ujian Nasional Tingkat Provinsi Papua, Laurens Wantik mengatakan, terdapat 406 siswa dari 12 Distrik di Kabupaten Nduga yang saat ini telah mengungsi ke Kota Wamena.  406 Siswa itu terdiri dari siswa tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Pemkab Nduga. Jadi ratusan siswa ini nanti akan mengikuti UN di Wamena. Karena peristiwa di Nduga termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB), mereka bisa mengikuti UN di tempat lain yang aman. Hal diperbolehkan dalam Prosedur Operasional Standar (POS) UN," ujar Laurens saat dihubungi pers, Senin (18/2/2019).

Menurut dia, sejauh ini proses belajar mengajar di tempat pengungsian para siswa belum terlaksana dengan normal layaknya di sekolah. Sebab, saat ini pihaknya dan relawan pendidikan masih memberikan pendampingan psikologi bagi siswa siswa tersebut. 

"Pelajaran secara formal belum bisa berjalan karena kami masih melakukan trauma healing kepada para murid. Namun, kami saat ini tetap berupaya memberikan materi kisi-kisi soal UN dari Kemendikbud," tuturnya.

Di tempat terpisah, Danrem 172/PWY, Kolonel Inf Jonathan Binsar Sianipar mengaku, saat ini guru dan murid di sejumlah distrik yang terjadi konflik  memang telah mengungsi ke Wamena pasca kejadian pemerkosaan guru di Mapenduma dan pembantaian belasan karyawan PT.Istaka Karya di Mbua. Pihaknya dalam hal ini Kodim Jayawijaya telah memfasilitasi pertemuan antara pemerintah Nduga dan Jayawijaya untuk bagaimana murid dari Nduga bisa ditampung di sekolah sekolah yang ada di Wamena.

"Ada ketakutan dari guru untuk tinggal mengajar sejak kejadian pemerkosaan, makanya anak anak ini tidak sekolah karena guru tidak ada. Tapi dengan adanya aparat keamanan (TNI Polri) di distrik Mbua dan Yigi, situasi disana sudah berangsu kondusif," kata Danrem.