Bung Komar

Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI Perjuangan Temui Uskup Leo Laba Ladjar Perteguh Semangat Kebhinekaan

( dari kiri ke kanan) Mathias Rafra staf Khusus Bung Komarudin, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Papua Ignasius Hasyim, Komarudi Watubun (batik merah) dan Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar/Istimewa

JAYAPURA- Ketua Bidang Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Bung Komarudin Watubun yang sering disapa “Bung Komar” (BK) berkesempatan menemui Pemimpin Umat Katolik Keuskupan Jayapura, Uskup Leo Laba Ladjar,OFM dalam rangka memperteguh semangat kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama di Tanah Papua, Selasa (29/1) siang di Keuskupan Jayapura.

Pertemuan silaturahmi antara seorang pemimpin salah satu partai politik besar di Indonesia yang senantiasa memperjuangkan semangat “Kebhinekaan dalam Keekaan” atau Bhineka Tunggal Ika dengan pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Jayapura itu, berlangsung di Jayapura, Selasa dalam suasana penuh persaudaraan dan keakraban.

Dulu, lanjutnya dirinya sudah menjalin silaturahmi dengan para pemimpin Gereja Katolik sekaligus membangun semangat kebhinekaan dengan para pemimpin dan semua warga umat Katolik demi lestarinya nilai-nilai luhur Pancasila, seperti solidaritas atau kesetiakawanan, saling menghargai perbedaan , bersilaturahmi dan bergotong royong.

Menurut BK, banyak hal yang didiskusikan bersama Uskup Leo, antara lain masalah pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan dialog penyelesaian masalah HAM di Papua.

Sementara itu, Uskup Leo Laba Ladjar,OFM menyatakan rasa gembiranya menerima kunjungan silaturahmi BK di Kantor Keuskupan Jayapura. “Kami berharap, Bapak Komarudin ketika nanti kembali berada di DPR RI, mengajak para wakil rakyat untuk memikirkan secara serius permasalahan Papua agar semuanya segera tuntas demi kedamaian dan kesejahteraan Tanah Papua,” kata Uskup Leo.

Sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia mencatat bahwa perjumpaan antara pemimpin politik dengan pemimpin agama sudah diretas sejak awal kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada Desember 1947, Uskup pribumi Indonesia pertama, Monsinyur Albertus Soegijapranoto,SJ yang adalah Uskup Keuskupan Semarang beraudiensi dengan Presiden RI Soekarno. Kedua tokoh Nasional ini semasa hidup mereka, terus menerus menjalin persahabatan sejati demi kerukunan dan solidaritas antarumat beragama untuk Indonesia yang satu, utuh dan abadi.

Uskup Albertus Soegijapranoto dikenal sebagai pemimpin Gereja Katolik asal Indonesia yang pada sekitar Mei 1963 memperkenalkan makna Pancasila  Dasar Negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia di hadapan ratusan Uskup Gereja Katolik dari berbagai belahan dunia yang pada saat itu sedang menghadiri muktamar atau Konsili Vatikan II di Roma.

Uskup Soegijapranoto meninggal dunia pada 22 Juli 1963. Atas kegigihannya memperjuangkan keindonesiaan sejati dan menduniakan nilai-nilai Pancasila itulah, maka Presiden Soekarno pada 26 Juli 1963 menerbitkan Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 152/Tahun 1963 memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Uskup Albertus Soegijapranoto.

Pada 72 tahun kemudian setelah perjumpaan Uskup Soegijapranoto dengan Bung Karno di Istana Negara Jakarta pada Desember 1947 , maka pada hari ini di Jayapura, Bung Komar kembali memperteguh semangat silaturahmi dan kebhinekaan yang diwariskan kedua Pahlawan Nasional itu dengan melakukan silaturahmi dengan Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Jayapura, Uskup Leo Laba Ladjar,OFM. Semangat dan nuansa kebhinekaan agama dan profesi hadir menyelimuti perjumpaan hari ini.

“Saya seorang Muslim dan Uskup Leo seorang pemeluk Katolik. Kami berdua sama-sama mengimani Allah Yang Maha Esa yang diwariskan Nabi Ibrahim yang adalah soko guru iman monotheisme,”tegas Bung Komar.

Silahturahmi

Menurut Bung Komar, di Indonesia, dikenal dua BK. BK yang pertama dari Indonesia Bagian Barat yaitu Bung Karno yang adalah Proklamator dan Presiden pertama RI yang pada 1 Juni 1945 mengucapkan pidato tentang Pancasila.

BK yang kedua berasal dari Indonesia Bagian Timur yakni Bung Komar yang adalah Ketua DPD PDIP Provinsi Papua dan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP yang adalah pewaris semangat kebhinekaan Bung Karno yang terus dilestarikan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sepanjang hayat di kandung badan.

 BK mengakui bahwa perjumpaannya dengan Uskup Leo Laba Ladjar OFM pada hari ini merupakan sebuah perjumpaan yang monumental selain bersilaturahmi juga bertukar pikiran tentang partisipasi umat beragama dalam bidang politik. Berkarya di bidang politik praktis merupakan medan bakti yang khas bagi saudara-saudara Katolik yang bukan berprofesi sebagai Pastor dan biarawan-biarawati.

“Banyak anggota umat Katolik yang bukan pastor dan bukan suster biarawati serta bruder pada saat ini berkecimpung di dalam partai politik berlambang Banteng moncong putih PDIP, sehingga sangat pantas jika kami selaku Ketua DPD PDIP Papua datang menemui Uskup Gereja Katolik guna mendapatkan petuah moral dan spiritual untuk disosialisasikan kepada pengurus dan anggota PDIP yang beragama Katolik,”kata BK.

Bagaimanapun juga, lanjut BK pendampingan moral dan spiritual dari pemimpin agama bagi anggota umatnya yang terjun di panggung politik sudah merupakan sebuah keharusan sehingga para politisi ini benar-benar menjalankan politik yang bermoral untuk kesejahteraan atau kemaslahatan seluruh lapisan masyarakat.

“Saya mengakui karya bakti Uskup Leo Laba Ladjar. Beliau merupakan salah seorang dari sekian banyak pemimpin agama di Tanah Papua yang disegani. Beliau seorang Uskup tertua dari empat Uskup lainnya di Tanah Papua ini. Salah satu sikap hidup yang saya kagumi adalah Uskup Leo Laba Ladjar senantiasa bekerja dalam diam yang aktif. Beliau tidak mau dan tidak ingin berkoar-koar apa yang sudah diperbuatnya bagi Tanah Papua selama memimpin umat Katolik di keuskupannya. Beliausenantiasa menggelorakan semangat Silent Diplomacy demi Tanah Papua yang aman, damai dan bersaudara,” tegas BK. *