Pengangguran Kronis di Papua Yang Meningkat, Kewirausahaan Solusinya

Pelatihan bagi pelajar Sekolah Menengah Kejuruan dan pemuda-pemudi di Jayapura/Istimewa

JAYAPURA-Papua merupakan salah satu dari Provinsi di Indonesia dengan angka pengangguran tertinggi. Angka dari BPS mencatat bahwa pada tahun 2018, ada 5,67% atau sekitar 26 ribu dari anak muda Papua yang berada pada usia produktif namun tidak memiliki pekerjaan.

"Data yang sama juga menunjukkan bahwa penyumbang terbesar penganggur di Papua adalah lulusan SMA dan SMK. Inilah salah satu penyebab permasalahan sosial seperti kriminalitas, mabuk-mabukan, dan penyebab keresahan di masyarakat Papua,"ujar Bill Mambrasar kepada wartaplus Jumat sore. Billy Mambrasar, Pendiri dan Direktur dari Lembaga Pendidikan Kitong Bisa, yang menyediakan pendidikan kewirausahaan gratis untuk anak-anak Papua di Jayapura, Sorong, Serui, Fakfak, Biak.

Kata dia, mayoritas pemuda-pemudi Papua menginginkan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sementara lowongan PNS tidak dapat menampung semua lulusan baik dari SMA-SMK maupun universitas.

Hal ini karena jumlah formasi yang terbatas, dan persaingan yang semakin ketat. Banyak yang tidak menyadari betapa kritisnya permasalahan pengangguran ini.

Berangkat dari isu tersebut 'Kitong Bisa Enterprise' yang didukung oleh University of Melbourne Australia menyelenggarakan pelatihan gratis bagi pelajar Sekolah Menengah Kejuruan dan pemuda-pemudi di Jayapura, Papua pada tanggal 15-18 dan 25-27 Januari 2019.

Agenda ini bertajuk 'Kitong Bisa Business Bootcamp' yang bertujuan untuk meningkatkan pola pikir kewirausahaan dari para pelajar SMK dan universitas dengan harapan dapat menurunkan tingkat pengangguran setelah siswa menyelesaikan studinya.

Acara ini juga didukung oleh pemuda-pemudi Papua yang aktif terlibat dalam Oil and Gas Center SKK Migas dari Universitas Cenderawasih.

Acara ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri para pemuda Papua untuk menjadi pemain regional dalam kewirausahaan sebagai bagian dari komunitas ekonomi ASEAN dengan tetap mempertahankan identitas budaya mereka.

Lebih dari 150 pemuda-pemudi Papua, termasuk siswa-siswi di Jayapura untuk dapat memanfaatkan IT platform, media online serta media sosial untuk tujuan wirausahanya. Pelatihan serupa telah dilakukan sebelumnya oleh Kitong Bisa di dua daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia pada 2017 lalu, yakni Fakfak (Papua Barat) dan Banda Aceh (Aceh). 

CEO dari Kitong Bisa Enterprise, Khoirun Nisa’ Sri Mumpuni, yang adalah cucu dari Soewarto Handoko (beliau pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 1996-1998, dan telah memperjuangkan pendidikan di Papua selama lebih dari 30 tahun), menyatakan kepuasannya dapat menjadi bagian dari penggerak perubahan di Papua. Khoirun, demikian nama panggilannya mendirikan Kitong Bisa Enterprise bersama 5 rekannya di Jakarta tahun lalu. Perusahaan ini telah menjual berbagai produk merchandise ke mancanegara.

Khoirun saat ini tengah menempuh pendidikan Master dalam Bidang Perubahan Lingkungan dan Sosial di Universitas Terbaik Australia, yaitu University of Melbourne dengan Beasiswa dari Pemerintah Indonesia.

Khoirun juga memiliki andil yang besar dalam pengembangan pendidikan di Papua, dengan mendirikan  4 pusat belajar Bahasa Inggris dan Kewirausahaan di bawah payung Yayasan 'Kitong Bisa', yakni Yapen, Jayapura, Merauke, dan Fakfak. 

"Untuk mengetahui perkembangan tentang Kitong Bisa Enterprise, dan aktivitas-aktivitasnya, dapat mengikuti di chanel lini masa berikut ini: @kitongbisaenterprise (Instagram), Kitong Bisa Enterprise (Facebook) dan website www.kitongbisa.com,"ujarnya.*