Catatan  A Cholid Jurnalis wartaplus.com

Dosa-Dosa Pembunuh Berdarah Dingin Egianus Kogoya si Pimpinan KKB Nduga

ilustrasi Roberth

JAYAPURA,-Genap sudah 16 hari pencarian empat pekerja dari PT. Istaka Karya yang menjadi korban keberutalan dari kelompok seperatis yang sering disebut oleh aparat kepolisian maupun TNI, kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) di Bukti Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga tanggal 2 Desember lalu.

Tidak hanya masyarakat luas menunggu hasil dan kabar dari pencarian keempat korban, namun yang paling menunggu kabar, entah hidup atau mati ialah keluarganya para korban. Pasrah dan doapun diberikan kepada keempat pekerja agar segera ditemukan secepatnya, termasuk kepada aparat gabungan TNI-Polri yang masih berusaha melakukan pencarian.

Ke-empat korban yakni RS, PR, MA, HAI hingga saat ini belum diketahui kondisinya apakah masih dalam keadaan hidup atau tewas pasca kekerasan dan pembataian puluhan pekerja PT. Istaka Karya yang sedang mengerjakan proyek jembatan jalan trans Papua.

147 aparat gabungan pun dikerahkan dari Polda Papua dan Kodam XVII Cenderawsih untuk melakukan penyisiran dari lokasi pembantaian di Bukti Kabo distrik Yigi Nduga menuju kearah Kabupaten Wamena, mengingat ada beberapa korban ditemukan aparat kemanan entah hidup dan mati yang berusaha menyelamatkan diri lokasi kejadian mengarah kearah Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Tidak mudah bagi anggota kepolisain maupun TNI untuk mencari keberadaan keempat korban kekerasan tersebut, selain medan yang cukup terjang dan cuaca yang cukup ekstrime, aparat gabungan TNI-Polri pun kerap diganggu kelompok kriminal bersenjata dengan serangan mendadak dari ketinggian yang diketahui menjadi medan yang menguntungkan bagi kelompok kriminal bersenjata.

Kasus pembantaian yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata yang diketahui dari pimpinan Egianus Kogoya sangat menyayat hati bangsa ini dan  merupakan Desember kelam bagi republik ini, terlebih khusus bagi keluarga korban.

Bagaimana tidak, proyek yang sedang dikerjakan ini merupakan upaya pemerintah melalui program  Presiden Joko Widodo untuk mensejahterakan warga masyarakat terlebih khusus di Pegunungan Papua.

Mengingat akses transportasi darat sangat sulit, sehingga tidak secara langsung berdampak pada harga kebutuhan pokok bisa membuat pusing kepala. Kasus pembantaian ini terjadi ketika kelompok kriminal bersenjata mendatangi camp pekerja pada 1 Desember lalu dan melakukan penyekapan dibawa ancaman senjata api dan senjata tajam.

Setelah disekap semalaman tanpa sehelai benang ditubuh para korban. keesokan harinya puluhan pekerja di giring ke Bukit Kabo tanpa alas kaki dengan jarak tempuh 2 jam perjalan dari camp karyawan PT Istaka Karaya.

Tepatnya pada 2 Desember 2018 lalu, aksi keji tanpa rasa perikemanusiaan dan tanpa rasa takut akannya Tuhan dilakukan kelompok tersebut. 28 pekerja dari PT. Istaka Karya dikumpulkan dan diberondong peluru oleh kelompok separatis.

Mengerikan dan apabila dibayangkan terjadi pada diri kita, kejadian seperti film-film eksen Rambo yang diperankan  Sylvester Stallone. Dalam aksi kekejian itu tidak semua pekerja tewas, ada yang hanya pura-pura mati untuk dapat bisa meloloskan dari kelompok berhati iblis itu.

Naasnya saat hendak menyelamatkan diri korban selamat malah dikejar dan dibantai lagi oleh kelompok kriminal bersenjata sehingga tewas. Untungnya 7 orang selamat dan dapat dievakuasi oleh Tim Gabungan TNI-Polri, sementara 17 tewas dibantai dan empat pekerja belum dikatahui keberadaanya hingga saat ini.

KKB Terus Mengejar

Sementara itu dari kesaksian salah seorang pekerja yang selamat dalam aksi keji itu mengungkapkan, setelah lolos dari pembantaian di Bukit Kabo bersama tiga orang rekannya, kelompok tersebut terus mengejar dirinya bersama rekannya hingga ke Pos TNI yang di Distrik Mbua, dikiranya sudah aman berada di Pos TNI, namun kelompok tersebut melakukan penyerangan dangan membabi buta peluru yang mengakibatkan prajurit bangsa ini atas nama Sertu Anumerta Handoko Tewas tertembak.

Dalam kontak tembak selama 19 jam dengan kelompok kriminal bersenjata, prajurit TNI memilih untuk mundur dan menyelamatkan diri mengingat perbandingan kekuatan cukup jauh dengan kelompok tersebut. Dalam perjalan parajurit dan korban selamat akhirnya bertemu dengan tim Gabungan dan selanjutnya dilakukan evakausi.

Dalam proses evakuasi jenazah para korban pun kelompok kriminal besenjata terus menunjukan taringnya dengan melakukan aksi penembakan terhadap tim evakuasi yang tergabung dari Polda Papua dan Kodam XVII Cenderawasih.

Dalam kontak senjata yang terjadi satu anggota Brimob Polda Papua atas nama Bharatu Wahyu Hidayat terkena tembak dan harus dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis. Tidak sampai disitu kelompok tersebut pun melakukan penyerangan dengan menembaki Pos TNI-Polri yang baru di Yigi, untungnya dalam kontak ersebut tidak ada korban luka tembak.

Sementara itu data pihak Kepolisian yang diperoleh wartaplus.com dari Bidang Humas Polda Papua menyebutkan sejauh ini sudah ada 25 pekerja bangunan diluar PT. Istaka Karya telah dievakuasi guna mengantisipasi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata Pimpinan Egianus Kogoya.

Akibat kejadian kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata ini pun sangat bedampak luas bagi pembangunan di Nduga, mulai dari pembangunan fisik yang terhenti lantaran pekerja memilih untuk meninggalkan Nduga demi keselamatan, hingga penyaluran BBM dihentikan sementara waktu oleh PT. Pertamina MOR VIII Maluku-Papua yang mengakibatkan harga BBM eceran mencapai hingga Rp.150 Ribu per-liternya.

Disisi lain, para tenaga medis dan tenaga pendidik yang berada di Distrik Mapenduma, Nduga pun pernah melakukan hal yang sama dengan menolak kembali di Mapenduma pasca aksi intimidasi dan kekerasan seksual yang dialami salah seorang guru yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya.

Bahkan hingga saat ini aktifitas pendidikan dan pelayanan medis yang ada di Mapenduma terganggu dan berdampak kepada masyarakat setempat. Sebelum melakukan aksi pembantaian pekerja dari PT.Istaka Karya serta intimidasi dan kekerasan seksual terhadap tenaga medis dan tenaga pendidik di Distrik Mapenduma Kabupaten Nduga.

Bocahpun Dilukai

Kelompok tersebut pun pernah melakukan aksi penembakan pesawat yang mengangkut aparat keamanan yang hendak melakukan pengamanan pilkada di Kabupaten Nduga. Bakhan usai melakukan aksi penembakan terhadap pesawat dan aparat, kelompok tersebut pun melakukan aksi keji tanpa perikemanusiaan terhadap warga sipil. Dengan menewaskan dua pedagang dan melukai wajah seorang bocah menggunakan sebilah kapak dan harus mendapatkan perawatan itensif.

Dari semua kejahatan yang dilakukan Egianus Koyoga ternyata diketahui ada aktor dibalik aksi-aksi tersebut. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigadir Jendral Dedi Prasetyo beberpa waktu lalu,  mengatakan aksi yang dilakukan KKB impinan Egianus Koyoga telah diresrui oleh Panglima Komando daerah Pertahanan (Kodap) III Ndugama berinisial PU.

Berdasarkan hasil pemetaan Polri diketahui PU merupakan atasan dari Egianus Kogoya. “Salah satu pelaku yang menjadi komandan langsung dilapangan adalah Egianus Kogoya. Diatasnya kami sudah mengidentifikasi. Diduga ikut mersetui terjadianya penyerangan tersebut, panglima atas nama PU,” tuturnya.

Sementara dari pemetaan, PU pun memiliki tujuh anak buah selain Egianus yakni PL,OW, RL, A, NT, BT, dan GT. Sementara itu Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM.Kamal ketika dikonfirmasi terkait pernyataan Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri terkait atas Egianus Kogoya, enggan memberikan komentar lebih lanjut siapa PU sebenarnya, dan peran apa yang dipegang oleh PU.

Berdarah Dingin

Kepada wartaplus  Selasa 4 Desember Plt Komnas HAM Papua Frits Bernard Ramandey, mengaku  saat ity sudah mendapat laporan terkait dugaan pembunuhan para pekerja jembatan di Nduga, Senin (3/12) pukul 14.00 WIT, dan sedih mendengarnya. “Ini tragedi kemanusia yang perlu dikutuk,’ujarnya.

Dari laporan yang diterimanya, perintah pembunuhan oleh komandan tertinggi saat upacara peringatan 1 Desember yang disebut-sebut harinya Papua Merdeka. “Perintah membunuh oleh komandan tertinggi diantara mereka saat upacara,”ujarnya.

Kata Frits, ada dua kejahatan kemanusian yang dilakukan.”Pertama, sumber pembunuhan itu dilakukan perintah komandan tertinggi sipil bersenjata dan yang kedua telah menutup ruang kebutuhan bagi masyarakat sekitar soal akses ekonomi dan pembangunan,”tegasnya.

Sementara itu Uskup Jayapura menyatakan keprihatinan yang mendalam atas kejadian kekerasan yang mengakibatkan belasan orang meninggal dunia di Nduga, Papua. “Sungguh memprihatinkan. Berapa pun jumlah korban, peristiwa ini sungguh mengejutkan dan merupakan tragedi kemanusiaan yang pelakunya adalah orang berdarah dingin,”kata Uskup Leo Laba Ladjar dalam rilis yang diterima wartaplus.com, Jumat (7/12) .

Uskup, menyayangkan apalagi kalau pelakunya adalah orang-orang yang mungkin sudah terdaftar dalam gereja tertentu sebagai pengikut dan murid Yesus Kristus. “Iman Kristianinya (pelaku), kalaupun ada, hanyalah menjadi celaan dan bahan olok-olokan,” katanya.

Uskup mengaku sedih karena peristiwa ini terjadi justru pada masa Adven, yaitu masa persiapan menyongsong hari raya Natal 25 Desember, yang sudah dimulai 2 Desember 2018.

“Suasana Natal sudah terasa. Ada yang sudah tidak sabar lagi untuk melantunkan lagu-lagu Natal. Tapi kita masih disuguhi peristiwa kekerasan yang terus berulang di Tanah Papua. Ini harus dihentikan,” kata Leo.

Tragedi kemanusiaan ini, katanya, telah menimbulkan pertanyaan, pekabaran Injil masuk ke mana?. “Masuk ke dalam hati dan mengubah hati serta perilaku atau kandas di pohon dan batu-batu?,” katanya.

Uskup mengatakan, peristiwa kekerasan di Nduga merupakan tantangan bagi para pemberita Injil dan gereja-gereja agar tidak berpuas diri dengan mengatakan bahwa “kami sudah mayoritas di tanah ini”. “Patut dicamkan bahwa mayoritas tidak ada artinya, kalau mereka yang mengaku Kristiani tidak menjadi pembawa Damai Natal sekaligus tidak menjadi garam dan terang dalam masyarakat,”ujarnya.*