Peringati Hari HAM ke-70, Komunitas Pemuda Makassar: Penembakan Nduga Pelanggaran HAM Berat

Sejumlah komunitas pemuda kabupaten Jayapura memperingati Hari HAM ke-70 dengan acara gerak jalan sehat, Senin (10/12)/Andi Riri

JAYAPURA, - Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) ke-70 yang jatuh pada hari ini, Senin, 10 Desember 2018, sejumlah komunitas masyarakat dan pemuda di Kabupaten Jayapura, Papua memperingatinya dengan menggelar jalan sehat. Sambil membentangkan spanduk bertuliskan, "Merawat Keberagaman, Meningkatkan Solidaritas Menuju Indonesia yang Inklusif dan Berkeadilan", mereka berjalan dari Balai Trans dan berakhir di lapangan Theys. 

Aksi ini sekaligus sebagai bentuk solidaritas, keprihatinan atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di kabupaten Nduga, Minggu (2/12) lalu. Dimana 16 karyawan PT. Istaka Karya yang tengah mengerjakan jembatan jalan trans Papua di Distrik Yigi dan seorang anggota TNI, Sertu Handoko tewas ditembak oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya

Perwakilan Pemuda Makassar Kabupaten Jayapura,  H. Sauli Saddang mengatakan, aksi ini merupakan spontanitas yang dilakukan pihaknya bersama sejumlah komunitas pemuda di kabupaten Jayapura.

Menurut dia, pelanggaran HAM yang terjadi di Papua tidak selamanya selalu dilekatkan pada aparat keamanan TNI Polri (yang memiliki senjata). Sebagai contoh kasus penembakan yang terjadi di Nduga maupun daerah lainnya terhadap warga sipil yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata. Ini juga bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat. 

"Sesama warga dari Sulawesi selatan, kami mengutuk keras peristiwa ini dan menyampaikan belasungkawa sebesar besarnya atas meninggalnya sodara sodara kami yang sama sama dari sulawesi selatan (sebelas orang suku toraja dan dua orang suku bugis) yang dibunuh secara sadis oleh kelompok OPM (separatis bersenjata),"ucapnya berduka

Sauli mengungkapkan, setiap manusia mempunyai hak untuk hidup, bekerja, memperoleh keadilan, perlindungan. Sedangkan jika melihat apa yang dilakukan oleh kelompok OPM ini sungguh tidak berperikemanusiaan. Karena telah menghilangkan nyawa para korban untuk maksud dan tujuan tertentu. Padahal, para korban rela meninggalkan keluarganya, demi sebuah tugas, membantu pembangunan jalan guna membuka keterisolasian di wilayah pegunungan tengah Papua.

"Kami berharap aparat Polri dan TNI bisa segera menangkap para pelakunya untuk kemudian diproses hukum. pelakunya harus diadili dan mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya," harapnya.

"Kami juga berharap semoga Papua senantiasa menjadi tanah yang damai. Kerukunan hidup antar sesama umat tetap terjaga baik," harapnya lagi.