Rabia Wanggai: Kenapa Kami Pengusaha Asli Papua Dianggap Tak Mampu?

Direktur PT Urampi Indah Pratama saat memberikan keterangan pers/Albert

MANOKWARI,- Selama ini ada stigma dari Jakarta hingga para pemain proyek non-Papua bahwa proyek dengan nilai Rp 100 miliar tidak mampu dikerjakan oleh pengusaha asli Papua (PAP), baik di Papua maupun Papua Barat.

"Kami dianggap tidak mampu, saya mau sampaikan bahwa anak asli Papua yang menjadi pengusaha sangat mampu memenangkan setiap lelang proyek dengan nilai di atas 100 miliar," tegas Direktur PT Urampi Indah Pratama Rabia Albertoh Wanggai kepada wartawan di Manokwari, Jumat (1/9).

Terbukti PT Urampi mampu memenangkan beberapa paket pekerjaan di atas nilai Rp 100 miliar, artinya kemampuan anak- anak asli Papua sangat mampu bersaing, namun selama ini sistem pelelangan proyek di tanah Papua sengaja menjatuhkan PAP dan memenangkan non-PAP agar mendapat imbalan.

Alasan menjatuhkan PAP dari berbagai sisi, misalnya kelengkapan dokumen lelang, syarat lelang, dan alat-alat berat serta menilai PAP tak mampu selesaikan pekerjaan.

"Akhirnya setiap lelang kami (PAP) dijatuhkan dari sistem. Padahal dari sisi persyaratan kami sangat mampu, terus kenapa kami dinilai selalu tak mampu?" ucap Wanggai.

Kata dia lagi, selain PAP mendapat pekerjaan tentu memberikan kontribusi kepada daerah. Lalu mengakmodir pekerjaan kepada anak-anak Papua untuk bekerja. Sementara mereka yang non-PAP mendapat proyek dan mendatangkan pekerja dari luar, lalu apakah anak-anak Papua menjadi penonton?

"Oleh sebab itu saya minta kepada pemimpin kita di tanah Papua jangan membiarkan hal-hal semacam ini membuat kita menderita di atas tanah sendiri," katanya.

Secara khusus Papua Barat, kata Wanggai, Gubernur harus menjaga agar jangan sampai paket proyek di Papua Barat membuat nama bapak Gubernur dicatut untuk kepentingan oknum-oknum tertentu. *