Hasil Ret-reat Pemuda Kingmi Sepakat Tolak Miras dan Perang Suku

Calon Bupati terpilih Kabupaten Puncak Willem Wandik (tengah) saat memberikan materi pada Ret-reat pemuda/pemudi Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua yang berlangsung di Gedung Eme Neme Yauware Timika/Istimewa

JAYAPURA,- Minuman Keras (Miras) yang masih beredar di Papua,menjadi penyebab utama dari berbagai kejahatan, bahkan banyak pemuda gereja harus terjerumus dalam pengaruh negatif hingga kehilangan nyawa, sehingga Miras perlu dibasmi dari Tanah Papua.

Hal tersebut menjadi salah satu materi dalam pembahasan di Ret-Reat Pemuda/Pemudi Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, dari empat kordinator yakni Pemuda Puncak Papua Selatan, Puncak Papua, Puncak Papua Timur dan Intan Jaya, yang berlangsung di Gedung Eme Neme Yauware Timika, 27-30 Agustus.

Selain menolak miras, perang antarsuku, seperti yang sering terlihat di Timika dan beberapa daerah di wilayah di Papua lebih khusus di wilayah pelayanan Kingmi di Tanah Papua, mereka sepakat untuk menolak perang suku dan berharap hukum positif diberlakukan dalam proses penyelesaian masalah.

Kegiatan ret reat ini mengambil tema, “Pemuda Kingmi Bangkit Berubah Menjadi Penentu Masa Depan”, dengan sub Thema ,elalui ret reat pemuda dan pemudi tahun 2018 ini pemuda bangkit membenahi dan menata masa potensi pemuda  yang kreatif, kompetitif dan inovatif berlandas iman di era globalisasi demi terwujud gereja yang sehat, mandiri dan Kuat.

Ret-reat yang dihadiri sekitar 700 pemuda Kingmi tersebut, dihadiri pula kader terbaik Gereja Kingmi di Tanah Papua yakni Willem Wandik, yang kini menjadi Bupati Kabupaten Puncak dua periode. Wandik membawa materi terkait peran pemuda sebagai mitra pemerintah. Ia pun memberikan sumbangannya untuk menyukseskan kegiatan tersebut, termasuk juga Ketua umum DPP AMKI (angkatan Muda Kemah Injil) di Tanah Papua.

Ketua  umum DPP AMKI  di Tanah Papua Nason Utty mengatakan, dalam ret-reat ini selain berbicara soal pengembangan pemuda Kingmi di Tanah Papua sebagai tulang punggung gereja Kingmi terutama dalam meningkatkan pertumbuhan iman salah satu topik pembahasan adalah soal Pemuda Kingmi perlu mendukung program dari pemerintah Provinsi Papua untuk membasmi Miras dari Papua.

Bahkan pihaknya mendorong agar kader-kader Kingmi yang sudah menjadi pemimpin di daerah, terutama di wilayah pelayanan Kingmi agar wajib membuat perda penolakan Miras, serta menolak perang suku.

“Pemuda Kingmi sepakat agar di wilayah pelayanan gereja kemah injil wajib hukumnya ada perda miras termasuk ganja. Kami juga sebagai organisasi pemuda gereja Kingmi  mitra pemerintah tidak terima dengan perang suku karena perang hanya membuat pemuda rusak.  Hukum positif perlu diberlakukan, kepala perang harus dipenjara termasuk lain-lainnya yang sifatnya kejahatan,kita pemuda Kingmi akan lawan mulai dari diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan kita,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Departemen Pemuda Sinode Kingmi di Tanah Papua Pdt. Sendy Tabuni, M.Th, mengatakan gereja Kingmi di Tanah Papua, yang terdiri atas 13 kordinator, 87 klasis, dan 1000 lebih jemaat yang lebih banyak adalah pemuda merupakan aset dari gereja Kingmi di Tanah Papua karena masa depan gereja ada di pundak para pemuda.

“Kegiatan seperti ret treat ini, sangat didukung oleh Sinode, karena disinilah pemuda tersebut dibentuk untuk menjadi penentu perubahan di masa depan,” ungkapnya.

Sementara itu, Willem Wandik dalam materinya mengajak pemuda maupun pemudi gereja Kingmi agar merasa memiliki gereja Kingmi, apalagi pemuda merupakan masa depan gereja, dirinya mendorong agar pemuda perlu berpikir lebih maju lagi untuk perkembangan gereja karena sebenarnya Gereja Kingmi di Tanah Papua sangat kaya memiliki potensi yang besar baik dari sisi SDM, karena hampir di seluruh Kabupaten di Papua, ada kader gereja Kingmi.

 “Saya ada sampai saat ini termasuk beberapa kader gereja Kingmi yang ada di pemerintah, DPRD, Swasta di Tanah Papua ini, semua itu karena gereja Kingmi, bahkan beberapa Kabupaten wilayah pelayanan gereja Kingmi sudah menjadi Kabupaten. Itu berkat besar bagi Kami gereja Kingmi di Tanah Papua, yang harus digerakkan dan dimanfaatkan, dan saya mau katakan bahwa kita ada saat ini, karena gereja, jadi saya harapkan agar pemuda Kingmi di Tanah Papua, harus menjadikan Gereja Kingmi sebagai orang tua kalian, harus merasa memiliki gereja Kingmi,” terangnya.

Terkait dengan miras dan perang suku, yang sempat menjadi bahan diskusi dalam kegiatan tersebut, Willem Wandik, mengatakan dirinya punya banyak pengalaman mengurus perang suku, oleh sebab itu dirinya sepakat akan membuat perda di Kabupaten Puncak untuk menolak banyar kepala dan menyerahkan proses hukum ke hukum positif, sehingga jangan lagi ada perang di wilayah pelayanan Kingmi, untuk sukses program ini, maka dirinya berharap kerja sama juga dari para pendeta dan hamba-hamba Tuhan.

“Khusus untuk Miras, saya sudah komitmen, 100 hari kerja nanti, tidak ada lagi miras beredar di Puncak, entah dia pejabat, atau TNI/Polri, kedapatan jual miras, saya akan pulangkan dari Puncak, sebab Kabupaten Puncak, merupakan pusat pelayanan dari gereja,  Kingmi,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Willem Wandik yang juga sebagai ketua Panitia Konferensi Kingmi di Tanah Papua 2020 yang dipusatkan di Kabupaten Puncak, mengatakan siap menyukseskan kegiatan akbar tersebut, dirinya mengatakan persiapan-persiapan ke arah itu akan menjadi perhatian seriusnya dalam 100 hari kepemimpinannya.

 “Saya mengajak semua anggota jemaat gereja Kingmi se-tanah Papua, untuk mendukung kami dalam doa agar kegiatan ini akan sukses,yang pasti kami siap untuk mendukung kegiatan akbar ini di Kabupaten Puncak,” tambahnya.

Ketua Panitia Ret reat Ev. Kristian Jangkup, S.Th, mengatakan reat treat akbar dalam rangka membina potensi pemuda, karena materi-materi yang diterima oleh pemudadan dalam kegiatan ini akan disisi dengan berbagai materi yang lebih kepada pengembangan iman pemuda, dan bagaimana membentuk pemuda menjadi penentu masa depan Gereja.

“Sekitar 700 peserta dalam kegiatan ini, kita harapkan apa yang mereka terima dalam kegiatan ini, bisa diterapkan bahkan menjadi teladan Yesus Kristus di dalam pribadi, keluarga, maupun di dalam jemaatnya, mereka bisa menjadi teladan pemuda penentu masa depan,” tuturnya. *