Kepala Basarnas: Papua Butuh Helikopter, Tapi Tidak Urgen

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya TNI M. Syaugi saat meninjau sejumlah peralatan yang di miliki Kantor SAR Jayapura/ Fendi

JAYAPURA,- Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya TNI M. Syaugi mengungkapkan bahwa daerah Indonesia Timur khususnya Papua sangat membutuhkan helikopter untuk membantu proses pencarian dan pertolongan terhadap korban.

"Saya lihat daerah paling Timur Indonesia khususnya Papua karena daerahnya berbukit-bukit, maka yang sangat di perlukan adalah helikopter. Kalau tim rescue sudah cukup, peralatan montenering punya, peralatan selam punya, kapal punya, tetapi helikopter belum ada disini," katanya kepada pers saat mengunjungi Kantor SAR Jayapura, Selasa (28/8) siang.

Syaugi mengaku bahwa saat ini Basarnas memiliki 9 unit helikopter, tetapi diprioritaskan pada daerah lain yang banyak kejadiannya.

"Setiap hari Basarnas itu menerima laporan kejadian antara 10-20 kejadian dari seluruh Indonesia, namun kita tahu daerah prioritas yang membutuhkan helikopter, sehingga kita tempatkan helikopter di sana," ujarnya.

Namun kata Syaugi, meski belum ada helikopter, tapi sesuai undang-undang 29 tahun 2015 pasal 48 menyebutkan bahwa Basarnas mempunyai hak untuk menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun peralatan dari potensi SAR, seperti TNI,Polri, maupun lembaga lainnya dalam rangka pencarian dan pertolongan.

"Kita bisa lihat kejadian lalu di Oksibil, kita bisa pakai helikopter milik Airvast atau pesawat Dimonim Air untuk pencarian, dan terbukti cepat. Walaupun kita belum memiliki helikopter tapi disitulah artinya bahwa kita bisa bersinergi dan berkoordinasi dengan stekholder yang lain," ungkapnya.

Untuk itu kata Syaugi, Papua sangat memungkinkan untuk memiliki helikopter, hanya saja saat ini masih ada daerah lain yang lebih membutuhkan dari Papua.

"Tahun ini kita akan beli dua unit helikopter, tapi di prioritaskan bagi daerah yang frekuensi kecelakaannya tinggi. Untuk saat ini Papua belum Urgent untuk memiliki helikopter mengingat potensi SAR disini banyak, ada perusahaan Freeport, Airvast, Dimonim Air yang siap membantu, tinggal sinergitasnya yang di tingkatkan," ungkapnya.

"Tidak perlu kita punya semua barang, karena tentu memakan anggaran yang besar, jadi tinggal kita meningkatkan sinergitas dan koordinasi dengan potensi SAR yang ada disini," tandasnya. *