Danrem 172/PWY Bantah Korban Penyerangan KST di Nduga Aparat Intelijen

Danrem 172/PWY Brigjen TNI JO Sembiring didampingi Kasrem, Kolonel Inf ayu Sudarmanto (kiri) dan Kasi Pers Kolonel Inf Eri Winardi saat memberikan keterangan pers, Selasa (19/07)/dok:Penrem172

JAYAPURA, wartaplus.com - Komandan Korem (Danrem) 172/Praja Wira Yathi, Brigjen TNI J.O Sembiring membantah dengan tegas tuduhan Kelompok Separatis Teroris (KST) yang menyebut 13 korban yang dibantainya di Kampung Nagoloit, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Sabtu (16/05) lalu, beberapa diantaranya merupakan aparat intelijen militer.

Bantahan ini disampaikan Danrem JO kepada wartawan di Jayapura, Selasa (19/07) kemarin.

Menurut ia, 13 orang ini merupakan warga sipil yang sehari-hari bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing untuk membangun Papua, khususnya di Kabupaten Nduga. 

“Para korban ini adalah orang-orang yang berprofesi sebagai pedagang, sopir truk, tukang bangunan, dimana selama ini ikut memberikan kontribusi dalam membangun Nduga,” tegasnya.

“Mereka ini bukan orang-orang yang sering disebut sebagai intel dan lain sebagainya, tidak ada seperti itu. Para korban ini adalah pelaku-pelaku ekonomi yang hanya mencari sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan keluarganya,” tegasnya lagi.

Di kesempatan itu Danrem memberikan apresiasi kepada Penjabat Bupati Nduga Namia Gwijangge yang langsung merespons kejadian ini dengan mengunjungi para korban saat dievakuasi dari Nduga ke Timika.

“Kami memberikan apresiasi kepada Bupati Nduga Namia Gwijangge yang merespons cepat dan datang ke Timika untuk melihat korban sekaligus mengatakan bahwa para korban ini merupakan warga yang selama ini ikut membangun Papua, khususnya Kabupaten Nduga,” ucap Danrem.

Pernyataan Danrem tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Pj. Bupati Nduga, Namia Gwijangge yang menyebut mereka (para korban) datang ke Nduga dan bersama-sama dengan masyarakat setempat untuk membangun Kab. Nduga yang lebih baik kedepannya.

 “Saya sangat kesal, karena jiwa yang direnggut ini sangatlah mahal. Kami sangat menyesali kejadian ini, dan saya atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Nduga meminta permohonan maaf,” ungkap Bupati saat mengunjungii korban di Timika beberapa waktu lalu pasca kejadian.

Seperti diberitakan sebelumnya, KST pimpinan Egianus Kogoya melakukan penyerangan terhadap warga sipil yang saat itu sedang melakukan aktivitas di pasar Nagolait, Sabtu pagi.

Sebanyak 13 warga sipil menjadi korban, 11 diantaranya meninggal. Para korban meninggal dengan luka tembakan dan luka bacok.

Dari 11 korban tewas, terdapat satu orang pendeta warga asli setempat bernama Pdt  Elias Arbaye dan seorang Ustadz Daeng Marahmli. Kedua korban dikenal sebagai pemuka agama yang setiap hari melakukan pelayanan keagamaan di Gereja maupun masjid setempat.

Berikut nama nama para korban tewas dan luka dalam insiden pembantaian ini; korban tewas yaitu Pendeta Elias Arbaye (54), Ustadz Daeng Maramhli (42), Yulius Watu (23) Swasta, Habertus Goti (23) Swasta, Taufah Amir (42) Swasta, Johan (26) Swasta, Alex (45) Swasta, Sirajudin (27) Swasta, Yuda Gurusinga (42) Swasta dan Mahmud Ismaul (50) Supir Bupati Nduga.

Sementara luka berat yaitu Hasjon (41) Swasta, dan Sudarminto luka ringan terkena rekoset peluru.**