Komjen Pol Paulus Waterpauw : Menghormati Menghargai Jasa Pahlawan

​​​​​​​Digoel Tanah Sejarah Pengasingan Para Tokoh Kemerdekaan Indonesia

Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam) Polri Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Paulus Waterpauw menyempatkan diri mengunjungi situs penjara, salah satu proklamator RI, Bung Hatta di Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, Papua/Istimewa

BOVEN DIGOEL,wartaplus.com - Kabupaten Boven Digoel, atau yang dikenal dengan sebutan Digoel Atas, di masa kolonial Belanda merupakan lokasi pengasingan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Lokasi ini terletak di tepi Sungai Digul Hilir, Tanah Papua

Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam) Polri Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Paulus Waterpauw bersama rombongan menyempatkan diri mengunjungi situs penjara, salah satu proklamator RI, Bung Hatta di Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, Papua, Rabu (21/4/2021).

Jenderal bintang tiga Polri itu didampingi Direktur Politik Baintelkam Polri Brigjen Pol Drs Antony MT Siahaan MH, Direktur Kamsus Baintelkam Polri Brigjen Pol Drs Rudi Pranoto, Direktur Intelkam Polda Papua Kombespol Guntur Supono, Plt Bupati Boven Digoel Yosep Awunim, S.Sos,  Kapolres Boven Digoel AKBP Syamsurujal S.IK, dan Dandim 1711//BVD Letkol inf czi Daniel Panjaitan, serta Dansatgas Yonif 122/TS Letkol Inf Raden Hendra Sukmadjibrata.

"Karena kalau tidak ada deklarasi dari Bung Karno dan Bung Hatta, saya tidak bertemu dengan rekan-rekan sekalian. Saya dan kalian tidak ada. Jadi, kita harus menghormati dan menghargai jasa para pahlawan,"kata Komjen Pol Paulus.

Pada memontum ini, mantan kapolda empat kali itu melihat dan memasuki sejumlah ruangan penjara yang didirikan oleh kolonial Belanda pada jaman penjajahan itu.  Ia pun berjalan menuju sebuah lemari yang berisi mangkuk dan mog atau semacam gelas warna putih yang terbuat dari besi.

Disisi lain, dari ruangan itu ada sejumlah tumpukan balok kayu yang terlihat sudah usang, menandakan bahwa itu adalah bagian dari penjara yang digunakan sebagai tempat pengasingan bagi kaum nasionalis pada jaman itu.

Diketahui Digoel disiapkan dengan tergesa-gesa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menampung tawanan pemberontakan November 1926. Boven Digoel kemudian digunakan sebagai lokasi pembuangan pemimpin-pemimpin nasional yang jumlahnya hingga sekitar 1.308 orang.

Boven Digoel merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke, Papua, ujung timur Indonesia.

Tercatat sejumlah tokoh nasional pernah dibuang ke Boven Digul seperti Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Kedua tokoh pergerakan nasional itu dibuang di lokasi itu pada 28 Januari 1935 silam. Mereka dianggap musuh pemerintah kolonial Belanda karena membangkang.

Selain Hatta dan Sjahrir, mereka yang dibuang ke Digoel di antaranya Mohamad Bondan, Maskun, Burhanuddin, Suka Sumitro, Moerwoto, Ali Archam, dan sejumlah para pejuang lainnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, para pejuang pergerakan, Digoel adalah tempat pembuangan yang paling menyeramkan.

Digul dibangun oleh Gubernur Jenderal De Graeff pada 1927 sebagai lokasi pengasingan tahanan politik. Di sekeliling Digoel terdapat hutan rimba dengan pohon yang menjulang tinggi. Bung Hatta pernah dibuang disana selama satu tahun.

Digul jauh dari manapun, hanya dengan jalur udara untuk mengakses lokasi tersebut. Digoel semakin mengerikan lantaran banyak nyamuk malaria yang ganas. Sungai Digul memiliki panjang 525 kilometer. Selain panjang, juga banyak buaya di sungai ini.*