James Modouw Dorong Indonesia Perkuat Kerjasama Budaya Melanesia dengan Negara Kawasan Pasifik

Dr. James Modouw.M.MT (duduk depan kedua dari kiri batik kuning) bersama para panelis seminar budaya Melanesia pada Festival Budaya Melanesia di Kupang, NTT, Oktober 2015/Istimewa

JAYAPURA,warataplus.com - James Modouw seorang inteletual  putra asli Papua yang telah sangat  lama menggeluti dunia pendidikan  di Indonesia dan kebudayaan Melanesia  mendorong masyarakat  di seluruh Nusantara,  khususnya masyarakat   Indonesia Bagian Timur --  yang secara turun temurun mendiami lima provinsi yakni Provinsi Papua, Papua Barat,  Maluku, Maluku Utara dan Provinsi  Nusa Tenggara Timur (NTT)  -- untuk  melestarikan  kebudayaan Melanesi  melalui kerjasama kebudayaan dengan negara-negara  yang serumpun bangsa di kawasan Pasifik.

“Kerjasama di bidang  pendidikan dan kebudayaan  antarmasyarakat dari  ras Melanesia di Indonesia dengan negara-negara  kawasan Pasifik  yaitu Papua Nugini,  Fiji, Salomon Island,  New Caledonia, dan Timor Leste harus terus digalakkan di bawah panji  “Culture brings values to  education;  Education  shapes/sharpens society & culture”, kata Dr. James Modouw, M.MT  di Jayapura, Minggu (4/10).

Kerjasama kebudayaan khususnya kebudayaan Melanesia  antara Indonesia dengan negara-negara  di Pasifik  merupakan sebuah keharusan  sejarah karena tuntutan zaman. Gagasan ini  telah disampaikannya  pada  seminar Kebudayaan Melanesia  ketika digelar  Festival Kebudayaan Melanesia di Kupang, pada 27 - 29 Oktober 2015 dimana pada festival itu dirinya ditugaskan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat itu yakni  Anies Baswedan  untuk menjadi  salah satu panelis  seminar.

James menyampaikan gagasannya  pada seminar kebudayaan tersebut  dengan topik utama  “Cooperation On Education and Culture”.  Bagaimanapun juga pendidikan itu tidak terlepas dari kebudayaan. Nilai-nilai budaya merasuk ke dalam proses belajar-mengajar.

 Patut diketahui, lanjut James, masyarakat berkebudayaan Melanesia  sangat kaya dengan warisan budayanya  yang tampak  antara lain pada  seni tari, seni  musik, kerajinan (seni ukir/pahat, seni anyam, seni lukis) serta kaya pula dengan ceritera rakyat. Khazanah budaya ini merupakan kekuatan yang menakjubkan  untuk suatu kerjasama  di berbagai bidang antara lain; bidang   penelitian ilmu pengetahuan maupun pengembangan pariwisata.

Menurut James, masyarakat di lima provinsi tertimur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini berkebudayaan Melanesia. Masyarakat Indonesia Timur  serumpun budaya  dengan masyarakat di negara-negara kawasan Pasifik. Perjumpaan masyarakat Indonesia Timur dengan masyarakat dari negara-negara kawasan Pasifik melalui festival budaya Melanesia itu merupakan momentum sangat penting dan strategis untuk memperkenalkan budaya serumpun sekaligus  merajut  persahabatan yang lebih erat dengan saudara-saudara yang serumpun pula.

Delegasi negara-negara kawasan  Pasifik  yang ketika itu berpartisipasi pada pesta budaya Melanesia di Kupang adalah Fiji, Papua Nugini, Selandia Baru, Timor Leste dan New Caledonia.

“Bagaimanapun juga budaya Melanesia itu sendiri berpusat di Pasifik dan Indoensia Timur yakni di lima provinsi tertimur Indonesia,” kata James Modouw.

James berpendapat, keikutsertaan Indonesia pada setiap Festival Budaya Melanesia sangatlah penting karena banyak warga masyarakat kita masih  memiliki pemahaman bahwa  ras Melanesia itu hanya berada di Papua saja, sedangkan di luar Papua bukanlah ras Melanesia. Pemahaman seperti  ini dapat memunculkan  semangat diskriminatif yang merugikan kita semua.

Pahaman akan ras Melanesia, lanjutnya  hendaknya tidak terbatas pada tampilan fisik saja tanpa memahami secara ilmiah berdasarkan riset  arkeologi, antropologi, linguistik,  sejarah  kepurbakalaan dan biologi molekuler yang sangat maju dan  menunjukkan persebaran ras Melanesia yang sebenarnya di Indonesia.

“Kehadiran dan partisipasi saya di  Festival Budaya Melanesia itu  selain ingin menyatatakan eksistensi saya sebagai seorang putra asli ras Melanesia;  juga memberikan  pesan tentang eksistensi orang Melanesia dalam  Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus pengakuan  terhadap eksistensi Melanesia di Indonesia berdasarakan kajian ilmiah,” tegasnya.

 Kondisi ini,  secara  sosial psikologis akan mempererat tali persahabatan dan persudaraan  masyarakat Melanesia di Persada Indonesia dengan masyarakat Melanesia di negara –negara kawasan Pasifik lainnya yang hadir sebagai delegasi dari negara-negara Pasifik. Secara khusus pihaknya  ingin  mengirimkan pesan bahwa ras Melanesia itu juga berada di wilayah timur Indonesia yaitu di  Provinsi Papua, Papua Barat, NTT, Maluku dan  Maluku Utara.

Festival Budaya Melanesia di Kupang  lima tahun lalu itu diisi dengan berbagai kegiatan antara lain bedah buku “Diaspora Melanesia di Nusantara”, temu budaya, pameran budaya dari masing-masing negara dan seminar budaya.

Para peserta yang ambil bagian pada Pesta budaya Melanesia  pada akhirnya memahami bahwa terdapat banyak sekali kemiripan karakter dalam kebudayaan Melanesia yang terbentang luas dari kepulauan NTT, Maluku, dan Papua di wilayah Negara Indonesia hingga kepulauan  Fiji di wilayah Pasifik.

James Modouw   telah meraih gelar akademik Doktor di bidang ilmu sosial dan kini menjadi staf pengajar pada ISI Denpasar, Bali. Pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua tahun 2006-2009. Sebelumnya menjabati sebagai  Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Provinsi Irian Jaya. Sejak tahun 2015 James menjabat Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Hubungan Pusat dan  Daerah serta Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pendidikan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Tim Percepatan ini dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 342/P/2019 tentang Tim Percepatan Pembangunan Pendidikan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.*