Anak Buah Egianus Kogoya, Kelompok KKSB Nduga Menyerahkan Diri

Dihadapan tokoh agama, perwakilan masyarakat dan Satgas Yonif R 323/BP, Tenius Tebuni mengucapkan ikrar setia untuk kembali ke pangkuan NKRI/dok.Pen Kogabwilhan III

JAYAPURAwartaplus.com - Kesal selama bergabung dengan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) selalu ditipu dengan janji manis, seorang anak buah Egianus Kogoya, pimpinan kelompok separatis Nduga, akhirnya menyerahkan diri dan menyatakan sumpah janji tidak lagi menjadi anggota kelompok separatis di Kampung Mbua tengah, Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Sabtu (26/9/2020) lalu.

Kepala Penerangan (Kapen) Komando Gabungan Wilayah Pertahanan  (Kogabwilhan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa dalam rilisnya, Kamis (1/10/2020) menuturkan, niat Tenius Tebuni yang merupakan anak buah langsung Rambo Lokbere dari kelompok Egianus Kogoya menyerahkan diri langsung ke tokoh agama dan masyarakat setempat yang mana difasilitasi langsung oleh Satgas Yonif R 323/BP.

Dihadapan tokoh agama, perwakilan masyarakat dan Satgas Yonif R 323/BP, Tenius Tebuni mengucapkan ikrar setia untuk kembali ke pangkuan NKRI dan menandatangani surat pernyataan keluar dari kelompok KKSB.

Tenius Tebuni mengaku, dirinya bergabung dengan KKSB karena dijanjikan kebutuhan hidupnya akan dipen Kogawilhauhi dan diberikan uang, namun faktanya apa yang dijanjikan tersebut tidak dipenuhi.

"Merasa sadar bahwa dirinya telah ditipu karena selama menjadi anggota Kelompok KKSB Kelompok Militan Rambo Lokbere, dirinya sering kelaparan di dalam hutan karena kekurangan logistik, ditambah KKSB  tidak solid selalu terpecah-pecah dan bergerak masing- masing," ungkap Nyoman mengutip pernyataan Tenius Tabuni.

Selain itu, Tenius Tebuni juga merasa bahwa yang dilakukan KKSB selama ini bertentangan dengan hati nuraninya karena kerap melakukan aksi pemerasan dan mengancam masyarakat, serta menyakiti bahkan membunuh masyarakat yang tidak mau membantu.

Tenius Tebuni yang pernah terlibat penghadangan dan kontak tembak di wilayah Habema sekitar tahun 2017 ini, selanjutnya berkeinginan hidup normal kembali seperti masyarakat umum lainnya.**