Pasien Karantina Susah Diatur

Ini Dia Temuan Komisi I DPRD di Tempat Karantina Covid-19

Komisi I DPRD Kota Sorong saat menemui Tenaga kesehatan dan petugas jaga pos karantina di Balai Diklat Kampung Salak/ola

SORONG,wartaplus.com - Menanggapi permintaan sejumlah masyarakat yang meminta transparansi penanganan Covid 19, khususnya terhadap orang positif Covid 19, Komisi I DPRD Kota Sorong yang dipimpin langsung Ketua Komisi, M.Taslim meninjau lokasi karantina orang Positif Covid 19 di Balai Diklat Kampung Salak, Papua Barat, Selasa (2/6).

Dalam inspeksi tersebut, 7 anggota perwakilan rakyat tersebut berbincang dengan dokter, perawat dan petugas jaga. Dalam bincang-bincang tersebut terjadi pertukaran informasi yang nantinya dibutuhkan oleh anggota DPRD dalam mengevaluasi kinerja Gugus Tugas pencegahan Covid 19 Kota Sorong.

Saat hendak berbincang dengan orang yang positif Covid 19, petugas melarang karena anggota DPRD ini tidak menggunakan APD lengkap.
Sehingga percakapan antara orang yang dikarantina dengan anggota DPRD dilakukan jarak jauh dan teriakan.

Dari keluhan orang yang dikarantina, salah satunya mereka menolak dilakukan swab dengan alasan mereka takut terpapar Covid 19 saat berada di rumah sakit. Mereka juga mengeluhkan kebosanan mereka dikarantina dan meminta untuk segera dipulangkan kerumah.

Diwawancara usai kunjungannya, M. Taslim mengatakan bahwa tujuan mereka datang ke Balai Diklat untuk mengetahui secara langsung keluhan dari dokter, perawat, petugas keamanan, pasien dan fasilitas yang ada, sebelum besok mereka bertemu satgas.

Foto: Ketua komisi 1 DPRD Kota Sorong, saat berbicang bersama salah satu pasien karantina lewat komunikasi telepon seluler/Ola

"Banyak hal yang kita tanyakan, salah satu pertanyaan besar adalah mengapa penyembuan lama sekali dibandingkan di Bintuni dan Raja Ampat, upaya dari tenaga kesehatan apa saja, dan upayanya normal sesuai prosedur. Kami lihat fasilitas hiburan, kerohanian yang masih kurang. Padahal hal ini juga penting untuk meningkatjan imunitas mereka.

Kami harap fasilitas tadi segera dilengkapi. Selain itu Kami lihat juga adanya ketidak puasan dari pasien terhadap pelayana dan informasi. Ada yang tidak beres. Ada ketudakpuasan," jelas Taslim. Adapun fasilitas yang rencananya akan dilengkapi adalah Televisi dan jaringan wifi.

Pasien Karantina Susah Diatur 

Sementara itu, dokter jaga pada pusat Karantina, dr. Ari mengatakan bahwa penyembuhan Covid-19 tergantung sistem imun tubuh, stresor atau penyebab stres dan sikomatis serta faktor kedisiplinan.

"Salah satu kekurangan pasien disini adalah faktor stres dan susah diatur. Misalnya, sudah tahu ia positif, malah berbaur dengan pasien yang negatif karena merasa Ia sehat dan baik-baik saja. Kami sampai capek bilang ke mereka, tolong kalau sudah swabnya negatif jangan berbaur lagi dengan yang positif. Atau sebaliknya, Tapi masih saja mereka lakukan," keluh Ari. Ia juga memaklumi jika sejumlah pasien ini merasa bosan dikarantina lebih dari 14 hari bahkan ada yang hampir 1 bulan disana.

Namun ia, optimis dan mencontohkan Pasien sembuh, John Tentua yang berusia 71 tahun dengan penyakit bawaan yang berhasil sembuh dari Covid-19. Selain faktor dari diri sendiri, dukungan keluarga, Ia juga disiplin mengikuti arahan tenaga medis.*