Disinggung Prabowo, Jokowi Dibela Ketua Umum MUI

Net

WARTAPLUS - Prabowo Subianto dalam orasi politiknya di Depok, Minggu 1 April 2018 kemarin, menyinggung ekonomi neo-liberal di Indonesia saat ini. Di mana sistem itu dianggap gagal, karena tidak menyejahterakan rakyat.

Kritik itu diarahkan ke pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang menurutnya menggunakan sistem tersebut.

Kritikan Ketua Umum Partai Gerindra itu, mendapat tanggapan dari Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma’ruf Amin. Ia mengatakan, sistem neolib sudah ada sejak era Orde Baru. Bukan diterapkan saat kepemimpinan Jokowi saat ini.

"Siapa yang bikin ekonomi liberal itu siapa. Yang menteorikan trickle down effect (pertumbuhan ekonomi dulu baru disusul pemerataan) itu siapa. Inikan akibat. Ekonomi sekarang akibat trickle down effect. Akhirnya, dianggap diminta supaya netes ke bawah, ternyata kan tidak netes," ujar Ma'ruf Amin, usai bertemu Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Senin 2 April 2018.

Karena cengkeraman ekonomi neolib itu, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu mengatakan, MUI sudah mengajukan sistem ekonomi baru, yaitu arus baru ekonomi Indonesia. Sistem ini, kata Rais Am PBNU itu, adalah kebalikan dari sistem trickle down effect yang diterapkan saat awal Orde Baru. Sistem ini memulai pemberdayaan ekonomi di tingkat paling bawah.

"Dan itu kemudian yang direspon oleh Pak Jokowi. Jadi justru Pak Jokowi membangun ekonomi dari bawah, bukan dari atas. Yang dari atas dulu dulu," katanya.

Justru lanjut Ma'ruf Amin, di bawah pemerintahan sekarang ini sedang giat menjalankan ekonomi yang dimulai dari bawah. Seperti apa yang diinginkan oleh Prabowo sendiri. "Justru Pak Jokowi melawan itu," ujarnya menegaskan.

Sebelumnya, Prabowo mengatakan, setelah sekian puluh tahun Indonesia merdeka, nyatanya kekayaan alam tidak tinggal di bangsa sendiri. “Kita bangsa kurang waspada, terutama elit kita. Terus terang saja minta ampun deh, gue udah kapok sama elit Indonesia. Ya, saya juga elit, saya elit yang sudah tobat,” katanya.

Dalam orasinya yang cukup panjang, mantan Danjen Kopassus ini juga sempat menyinggung sistem ekonomi neo liberal yang dianggapnya keliru karena sudah terbukti gagal dan tidak memberikan kemakmuran pada rakyat.

“Pada tahun 2004 saya sudah bilang, tapi tidak didengar. Saya dulu neolib juga, saya dulu percaya dengan neolib. Orde Baru di ujungnya juga neolib, yang kaya hanya segelintir enggak apa-apa, karena nanti menurut teori neolib, kekayaannya yang satu persen akan menetes ke bawah,” katanya.

“Masalahnya adalah tokoh Barat juga mengkritik, menetes ke bawahnya kapan, sedang ahli ekonomi di Barat mengatakan iya nanti sesudah kita mati semua. Alias tidak ada menetes ke bawah. Orang kalau sudah kaya raya pinginnya kaya lagi. Ini menyengsarakan rakyat,” ujarnya menambahkan.

Namun demikian, Prabowo mengaku salut dengan rakyat Indonesia. Sebab, sesulit apa pun kondisi yang dihadapi masih bisa tertawa. Bangsa Indonesia, menurutnya adalah bangsa yang kuat namun tidak pernah putus asa. “Eh elit Jakarta lu harus bersyukur, rakyat elu masih bisa ketawa. Kita ini bangsa yang sangat kuat menahan sakit,” ujarnya.

“Saya diejek, Prabowo enggak ngerti ekonomi. Lah saya justru bertanya, saudara-saudara para profesor ekonomi yang pinter, karena kau pinter kenapa kau tidak berani bicara, jelas-jelas kelihatan ekonomi kita tidak menguntungkan rakyat banyak, hanya menguntungkan rakyat sedikit.” [rmol]