Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya Dikepung Polisi, Ormas Turut Ambil Bagian, Panglima Parjal: Rakyat Papua Geram

Parlemen Jalanan (Parjal) Papua Barat dan gabungan mahasiswa di Manokwari satukan kekuatan untuk membahas aksi demo damai sikapi masalah mahasiswa Papua di tiga kota besar di Jatim saat ini. Minggu (18/8)/Albert


MANOKWARI-Peduli terhadap mahasiswa asal Papua di Kota studi seperti Surabaya, Malang dan Semarang, Provinsi Jawa Timur, masyarakat di kabupaten Manokwari geram dengan tindakan ormas dan tindakan aparat kepolisian di tiga kota besar di Jatim tersebut.

Seperti diketahui bahwa ada oknum mahasiswa yang diduga turunkan bendera merah putih di Asrama mahasiswa Papua yang terletak di jalan Kalasan Surabaya pada 17 Agustus 2019.

Justru tindakan itu bukan dilerai atau disikapi secara profesional oleh aparat kepolisian setempat, namun justru membiarkan dan terjadi kericuhan antara ormas dan mahasiswa Papua disana. 

Bahkan beberapa video rakyat dan berita yang diviralkan tampak kejar kejaran ormas dan mahasiswa Papua disana, padahal ada aparat kepolisian, namun membiarkan insiden itu terjadi tanpa adanya tindakan penghentian kedua kubu.

Tindakan itu berujung pada peringatan keras hingga pengepungan aparat kepolisian kepada mahasiswa di Asrama Papua. Bahkan justru ormas juga ikut dalam aksi itu dan dibiarkan oleh aparat kepolisian. 

Mewakili rakyat Papua Barat, Panglima parlemen jalanan (Parjal) Ronald Mambieuw menegaskan dan mengutuk keras tindakan ormas yang terlibat membuat kericuhan di Surabaya. Bahkan anehnya lagi aparat kepolisian setempat membiarkan keributan itu terjadi tanpa mengambil tindakan profesional untuk melerai keributan tersebut.

Melihat kondisi itu, secara spontan rakyat Papua mahasiswa di Jayapura Papua dan Manokwari Provinsi Papua Barat maupun di tanah Papua turut prihatin kondisi yang kini terjadi kepada mahasiswa Papua di Surabaya dan sekitarnya. 

Padahal, kata Ronald, kejadian itu tak boleh terjadi, sebab disana ada aparat keamanan yang seharusnya mampu menyelesaikan dan tidak menimbulkan persoalan yang menyakiti rakyat Papua, terutama Gubernur Papua, Lukas Enembe yang langsung menyatakan sikap kepada publik atas kejadian di Surabaya dan sekitarnya.

Menurut Ronald, ormas di tanah Jawa selalu melihat mahasiswa disana menjadi musuh ketika ada masalah, padahal ada mekanisme dalam menyelesaikan setiap masalah. 

Oleh karena itu, Ronald menilai bahwa aparat keamanan di Surabaya, Malang dan Semarang gagal meng-Indonesia rakyat Papua di tanah Jawa. 

Untuk merespon dan peduli kepada mahasiswa di Surabaya dan sekitarnya, secara spontan mahasiswa di Manokwari lakukan aksi di jalan Yos Sudarso Sanggeng Manokwari pada Minggu (18/8) malam ini.

Bukan itu saja, namun rakyat Papua dan mahasiswa di Manokwari akan lakukan demo damai menuntut keadilan pada Senin (19/8). Bahkan mahasiswa Universitas Papua saat ini hentikan perkuliahan sementara.

Tidak sampe disitu, tampak malam ini gerbang utama kampus Unipa Manokwari dipalang sebagai bentuk rasa empati kepada mahasiswa yang menjadi korban kekerasan oleh ormas dan aparat keamanan di Surabaya.*