Terkendala Biaya Berobat, Ibunya Gabriel Baransano Hanya Menangis Pasrah

Kondisi Gabriel Baransano yang hanya terbaring lemah di rumah, saat dikunjungi petugas Dinas Kesehatan Papua Barat/Albert

MANOKWARI- Pasien Gabriel Baransano, kini terkapar di rumahnya karena sakit yang diderita sangat lama, meskipun secara medis belum diketahui pasti dari hasil rekam medis pasien berusia 9 tahun tersebut.

Ibu kandung pasien, ibu Maria Baransano harus pasrah atas sakit yang diderita anaknya tersebut. Terutama faktor utama adalah terkendala biaya berobat.

Agar bisa biayai anaknya, ibunya hanya bisa melaut selayaknya laki-laki, mencari ikan dan dijual untuk membiayai anaknya tersebut.

Ibu Maria mengatakan, anaknya menderita penyakit langka. Ia terpaksa bekerja seperti seorang pria hanya untuk bisa mengumpulkan sejumlah uang untuk bisa mengobati anaknya.

Kisah ibu Maria, awalnya Gabriel sakit kepala pada 2 tahun lalu tepatnya pada tahun 2017. Bahkan Gabriel terus mengeluh sakit kepala sehingga dibawa ke Puskesmas.

Saat melakukan pemeriksaan, pihak Puskesmas menyampaikan bahwa anaknya menderita penyakit malaria. Namun dari riwayat sakit dan perjalanaannya, ia rasa sakit terus menerus.

Lanjut kisah ibunya saat dijumpai wartawan pada Rabu (8/5), mengatakan, Gabriel merasa sakit pada bagian kepala terus menerus sehingga dibawa lagi ke dokter di Wosi, Manokwari.

Dari pemeriksaan dokter, diketahui bahwa Gabriel menderita penyakit malaria tropika, sehingga dokter pun memberikan obat, namun ia tidak mengalami perubahan sehingga membuat Gabriel mengalami kematian pada anggota tubuh bagian kiri.

"Dokter mengatakan kesakitan kepala yang dialami Gabriel akan berpengaruh kepada saraf yang mengakibatkan pembicaraan tidak normal," kata ibunya meniru keterangan dokter.

Lalu saat memasang oksigen menimbulkan kondisi tubuhnya tidak normal dan beberapa anggota tubuhnya memgalami pembengkakan sehingga dokter memberikan saran agar Gabriel dirujuk ke Jayapura untuk diperiksa lebih lanjut.

Hanya saja, kata Maria, karena keterbatasan biaya sehingga kini Gabriel belum bisa dibawa ke rumah sakit atau dirujuk.

Sambil menangis sang ibu mengatakan saat menderita penyakit tersebut, Gabriel baru kelas 1 SD. Lantaran sakitnya terpaksa Gabriel tidak bisa melanjutkan sekolah dan mengubur impiannya karena menderita penyakit tersebut. 

"Jadi anak Gabriel punya impian untuk sekolah, namun karena menderita sakit harapannya terkubur. Gabriel merupakan anak pertama dari tiga bersaudara," ungkap ibu Maria.

Untuk bisa mengobati sakit anaknya itu, ibunya berharap kiranya ada uluran tangan pemerintah memperhatikan dan memberikan bantuan kepada Gabriel agar bisa berobat sehingga anaknya itu ceria dan kembali sekolah sewajarnya anak normal lainnya.

Untuk bisa teratasi wartawan pun menemui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Otto Parorongan untuk mencari solusi membantu sakit yang diderita pasien Gabriel Baransano saat ini.

Mendapat informasi itu, Parorongan langsung menghubungi petugas dinkes untuk turun ke lapangan mencari pasien agar ditangani secepatnya.

Menurut informasi petugas kesehatan usai temui pasien Gabriel dan keluarganya di kediaman di Kenari Tinggi, Distrik Manokwari Timur, untuk mengambil data pasien.

Sebelumnya Kepala Puskemas Pasir Putih dan dua Staf ke rumah pasen. "Nama pasien Gabriel Baransano kelahiran 5 Oktober 2010 anak ke 2 dari keluarga. Berat badan 12 Kg," jelas Otto.

Saat ditemui petugas kesehatan, ibu kandungnya Maria Baransano mengatakan bahwa pada usia 7 tahun tepat pada Desember 2016, Gabriel mandi-mandi di pantai dan berdiri di atas kayu akan melompat, namun saat melompat terjatuh dan kepala bagian belakang terhantam kayu.

"Awalnya tidak ada masalah sampai Ferbuari baru mulai mengalami gangguan kesehatan, maka timbul panas dan diberi obat penurun panas, selanjutnya panas disertai kepala yang sakit, panas makin berlanjut, dan makin tinggi serta sakit kepala," katanya.

Saat diperiksa di dokter praktek terkena malaria dan lambung. Perkembangan selanjutnya panas dan sakit kepalanya tidak hilang hingga anak mengalami sebelah kanan badannya kaku dan gangguan gerak.

Semenjak itu, kata ibunya, Gabriel sering masuk keluar rumah sakit, terakhir bulan Agustus 2018. Pengobatan yang diberikan malaria dan TB, namun kondisi gangguan gerak sampai gangguan menelan membuat gizi makin berkurang dan kondisi status gizinya menurun.

Namun atas ijin dokter pasien pulang dan rawat jalan sampai sekarang.  "Saat ini diberikan susu dancow dan sun, namun jumlah dan volume pemberiannya tidak sesuai. Saya sudah diskusi dengan PKM dan Instalasi Gizi RS untuk menyiapkan formula dan susu tambahan untuk memperbaiki kondisi anak gabriel, kami akan dipantau setiap harinya," demikian hasil koordinasi pihak kesehatan ke rumah pasien, Rabu (8/5). *