Runtuhnya Tembok Perbedaan Pascabanjir Bandang Sentani

Aktifitas Relawan di Yayasan Putri Kerahiman Papua untuk Korban Banjir Bandang/Istimewa

JAYAPURA-Musibah banjir bandang yang melanda Kabupaten Jayapura pada Sabtu (16/3) lalu telah menghadirkan banyak kisah yang memberikan sebuah pelajaran berharga bagi kehidupan antarsesama manusia.

Di tengah duka yang dialami oleh para warga yang kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggalnya, ada sejuta cinta yang terus mengalir tanpa henti dari segala penjuru pascamusibah tersebut.

Bahkan diungkapkan oleh salah satu pengurus Panti Asuhan Yayasan Kerahiman Papua, Florry Koban, musibah banjir bandang itu seketika telah meruntuhkan tembok-tembok perbedaan.

"Satu peristiwa besar pascabanjir bandang Sentani, benar-benar terjadi di depan mata kita semua, tidak hanya tembok pagar saja yang roboh, tetapi tembok-tembok perbedaan suku, ras dan agama juga roboh seketika,"tuturnya, Senin (25/3). Ia pun telah memposting tulisannya di akun facebook miliknya..

"Semua orang hadir dengan rasa solidaritasnya, hadir dengan kasih, hadir dengan emosional cinta yang benar-benar dalam dari sinar mata mereka, rekan-rekan muslim datang ke gereja untuk membawa sumbangan, para pastor ke masjid membawa sumbangan, tak ada tembok pemisah lagi antara sesama manusia, semua menjadi manusia yang sama, rasa emosional yang sungguh dalam, situasi yang terjadi secara alamiah dan tidak ada settingan," sambungnya.

Tak hanya itu,anak-anak Panti Asuhan Kerahiman Hawai juga turut membantu di dapur umum yang dibuka oleh  Fransiskan Papua di Biara Antonius Sentani, bahkan Yayasan Putri Kerahiman Papua mensuport bantuan kesehatan di posko Gereja Katolik Paroki  Sang Penebus Sentani.

"Ada sebuah warung di Sentani yang dengan nekat membuat nasi bungkus selama beberapa hari ini dengan jumlah ratusan, dibagi-bagi secara gratis untuk orang-orang yang bahkan tak dikenalnya. Pemilik warung itu bersuka cita sekali ketika makanan yang disediakannya diterima," tuturnya.

"Pisang-pisang di daerah trans Arso dipanen dan dikirim ke Sentani, petani ini tentu tak punya uang untuk membeli mie instan dan beras untuk dikirim, tetapi  punya pisang yang banyak di kebun. Tanpa bertanya kepada pengungsi, butuh atau tidak? Mereka datang saja membawa pisang-pisang itu, ternyata bukan persoalan pisangnya, tetapi mereka membawa hati dan cinta yang paling dalam untuk orang-orang yang mereka tidak kenal," ceritanya lagi.

Pascabanjir bandang tersebut, Florry juga mengaku jika telah melihat banyak pemandangan menakjubkan yang begitu menggunggah hati, tak hanya di wilayah Jayapura dan sekitarnya, namun belasungkawa dan aksi kepedulian juga berdatangan dari wilayah Papua yang lain hingga wilayah luar Papua.

"Ada seseorang yang datang ke posko hanya membawa beberapa butir telur, dan memang hanya itu yang dia punya, namun dari sinar matanya memancarkan berjuta-juta cinta. Bagaimana juga teman-teman di luar Papua tak memperdulikan harga pengiriman barang yang mahal ke Papua, mereka dengan suka cita tetap mengirim barang ke sini. Mereka hanya memantau di media sosial, tanpa takut itu info hoax atau tidak. Dan masih banyak kisah-kisah unik yang saya lihat dengan mata kepala," ujarnya.

Apakah Pencipta langit dan Bumi ini menginginkan tembok perbedaan dirobohkan agar kita semua sama di hadapanNya? Jika refleksi ini benar, maka patutlah kita mendoakan mereka yang telah mendahului kita ke Rumah Tuhan, karena mereka adalah Pahlawan yang dipakai Tuhan untuk menyatukan kita semua. Amin.

Atau mungkin ada maksud lain dari Sang Pencipta Langit dan Bumi, Entahlah, mari kita bertanya kepada air yang mengalir dari Cycloop menuju Danau Sentani. Foi - Moi-