Adolof Ronsumbre: Papua Harus Melihat Papua, Bukan Papua Melihat Jakarta

Dosen Sastra dan Budaya Jurusan Antropologi Unipa Manokwari, Adolof Ronsumbre/Albert

MANOKWARI,- Dosen Sastra dan Budaya Jurusan Antropologi Unipa Manokwari, Adolof Ronsumbre berpandangan bahwa orang asli Papua (OAP) akan mengalami kontruksi identitas di masa modern saat ini.

Bahkan menurut Ronsumber bahwa identitas OAP akan terancam atau dirampas melalui peluang bisnis dan berusaha bekerja akan dirampas oleh kelompok etnik lainnya. Untuk itu hal yang harus ditegaskan saat modern adalah Papua melihat Papua, bukan Papua melihat Jakarta. 

Kata Adolof, di dalam dua isu pokok akan muncul siapa saya, siapa Anda dan siapa yang asli maupun pendatang. Bahkan hal ini akan memicu konflik, bahkan pembentukan identitas seperti itu ditandai dengan gerakan sosial sebagai aksi perlawanan.

Misalnya, kata Adolof, kesempatan menjadi PNS kalau tidak memperoleh hak itu, maka aksi perlawanan akan muncul dan menyebabkan konflik. Apalagi hak OAP tidak terpenuhi dan dihalangi etnik lainnya.

Terkait dengan konteks Papua secara khusus, Ronsumbre menjelaskan bahwa tidak ada sejarah Papua yang dicatat pada masa lalu, sebab yang ada hanyalah sejarah suku-suku. Dengan demikian kalau berbicara Papua, maka perdalam tentang sejarah suku-suku Papua.

“Jadi, dalam hidup modernisasi ini kita hidup dalam situas dilema, antara masa lalu dan masa modern. Bahkan masa lalu tidak ditulis, tetapi masa lalu itu ditulis pada masa modern.  Oleh sebab itu, perlu adanya konsesnsi komunikasi antara suku-suku bangsa di tanah Papua agar generasi ke depan tidak terjadi konflik,” kata Ronsumbre setelah menjadi narasumber pada kegiatan LP3BH Manowari tentang Training dan Diskusi Advokasi Hak-hak Sipil dan Politik Bagi Organiasi Masyarakat Sipil, Rabu (21/11).

Dia berpendapat bahwa kajian tentang Papua belum pernah dilakukan, sebab pusat orang Papua dan kebudayaan ada dimana, sehingga wilayah budaya modern harus direvisi. Asumsinya hanya kesamaan tentang wilayah budaya sesuai jaman modern. Sementara banyak orang luar Papua dari indonesia sendiri dan internasional menulis tentang budaya Papua. Meski hal itu tidak dipersoalkan, namun semestinya Papua tidak boleh dilihat dari konteks luar, tetapi Papua harus ditulis oleh orang Papua sendiri.

Perbedaan yang ada di Papua adalah rasa, sebab kalau orang luar menulis Papua hanya sebatas meneliti dan tidak memiliki rasa tentang Papua, sebaliknya kalau orang Papua sendiri yang menulis tentang Papua, maka rasa itu akan tertaman dalam hati.

 “Kesimpulannya orang Papua menulis orang Papua, sebab tidak boleh melihat Papua dari Jakarta tetapi orang Papua sendiri, salah satu kendala bagi orang Papua menulis sejarah Papua dukungan finisial, maka hal ini harus disikapi oleh pemerintah daerah di tanah Papua,” jawab Ronsumbre. *