Kembangkan Ekowisata, Masyarakat Adat Kabupaten Jayapura Studi Banding ke Bali

Rombongan studi banding Isyo Hill,s Bird Watching saat berada di bandara Sentani/Andy

SENTANI,– Guna mengembangkan ekowisata di Provinsi Papua, khususnya di Kabupaten Jayapura, maka masyarakat adat dari 9 suku yang tergabung dalam Isyo Hill,s Bird Watching melakukan studi banding ekowisata ke Provinsi Bali, Rabu (14/11).

Salah satu peserta studi banding, Aleks Waisimon, mengatakan, tujuan studi banding ini untuk melihat perkembangan ekowisata di Bali sehingga dapat diterapkan di Kabupaten Jayapura.

“Kita ingin melihat kemajuan ekowisata, kemudian kita belajar dan bisa kembangkan disini, sehingga masyarakat adat dari 9 suku yang ada ini bisa mendapatkan nilai ekonomi dan menjadi masa depan masyarakat adat,” kata Aleks Waisimon kepada pers saat ditemui di bandara Sentani, Rabu (14/11) pagi.

“Bagi orang Papua, hutan adalah segala-galanya, dan hutan adalah kehidupan bagi orang Papua, sehingga dengan kunjungan ini juga menjadi pelajaran bagi masyarakat adat untuk menjaga hutan bagi masa depan anak cucu,” ujarnya.

Aleks mengungkapkan, setelah tiba di Bali mereka akan belajar cara mengelola wisata pantai, wisata hutan, noken, seni budaya, seni ukir, dan potensi lainnya yang ada di Bali.

“Kita akan berkunjung ke beberapa lokasi, yakni Kuta Bali, Jemberena untuk belajar cara pengambangan penyu yang akan di kembangkan di muara muaif, kemudian ke Singaraja untuk melihat pengelolaan air panas dan air terjun, kemudian ke Tebanan, dan beberapa daerah lainnya,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Kampung Rhepang Muaif, Demianus Wouw, menyampaikan, pihaknya sangat mendukung studi banding yang dilakukan oleh masyarakat adat dari 9 suku ke Bali.

“Kita harapkan studi banding yang dilakukan dapat menambah wawasan masyarakat kita untuk mengambangkan ekowisata di Kabupaten Jayapura, khusunya di Kampung Rhepang Muaif. Semoga ekowisata kita semakin berkambang,“ harapnya.

Mewakili WWF Program Papua, Peter Rocki Aloisius selaku Northern Papua Landscape Menager, menjelaskan, selain kelompok Isyo Hill,s Repang Muaif, pihaknya juga melibatkan kelompok dari Kabupaten Yapen dan Kabupaten Supiori untuk mengikuti studi banding.

“Harapan kita adalah mereka bisa belajar tentang ekowisata yang bagus, yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Selain itu mereka akan belajar tentang pembuatan kerajinan tangan sehingga bisa sejalan dengan ekowisata,” jelasnya.

Menurutnya, potensi-potensi ini sudah dimiliki oleh masyarakat Papua, sehingga dengan sedikit motivasi, maka mereka akan mengembangkan di daerah masing-masing.

“Jadi nilai ekonomis hutan tidak hanya dengan eksploitasi hutan, melainkan dengan kegiatan-kegiatan ekowisata seperti ini dapat memberikan nilai ekonomis secara berkelanjutan, dan ini sudah mulai terlihat di beberapa kelompok yang kami damping,” tandasnya. *