Menelusuri Antrian Panjang di SPBU, Langka Atau Siluman

Antrian panjang sejumlah truk di salah satu SPBU di Kota Sorong/Ola

SORONG,-Antrian Panjang di sejumlah SPBU Solar bersubsidi di Kota Sorong mulai kembali terlihat dalam beberapa pekan ini.

Antrian yang didominasi truk angkutan, mobil boks dan L 200 terlihat mengantri sejak subuh hingga malam hari untuk mengisi BBM jenis Solar.

Sejumlah supir truk bahkan mengaku ada yang sampai menginap lantaran takut tak kebagian Solar. Para supir truk ini, menuding kuota dari Pertamina berkurang sehingga menyebabkan antrian panjang.

Dikonfirmasi melalui saluran telepon seluler, Sales Executive Retail MOR 8 Pertamina, Arthur Kemal mengatakan bahwa kuota dari Pertamina sudah sangat mencukupi bahkan lebih dari kuota yang ditetapkan BPH Migas.

"Kalau dari Pertamina menyalurkan sesuai kuota BPH Migas. Dari 1 Januari sampai 31 Oktober 2018,  kuota BPH Migas untuk Kota Sorong sejumlah 13.181 KL.

Sedangkan, penyaluran BBM sudah mencapai 15,568 KL. Artinya penyaluran BBM oleh Pertamina sudah melebih kuota sebesar 18 persen atau kelebihan sejumlah 2.387 KL.

Permintaan pengiriman untuk produk biosolar hari ini saja di Kota Sorong sudah mencapai 61 ton. Permintaan normalnya 45 ton dalam sehari. Artinya sudah lebih dari 35 persen di atas normal,"urai Kemal.

Ditanya seputar indikasi ada penyalahgunaan BBM jenis Solar, Kemal beralasan bahwa Pertamina hanya bertanggung jawab sampai pendistribusian ke SPBU. Sedangkan pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan bersama dengan Pemerintah Kota dan penegak hukum.

Salah satu karyawan SPBU di Klademak mengaku bahwa kebanyakan yang mengisi solar di SPBU adalah truk atau mobil proyek.

"Mungkin karena proyek sekarang banyak, jadi mungkin dong ambil solar subsidi supaya murah. Kalau mereka isi berulang kali, Saya tidak terlalu perhatikan karena banyak juga yang isi," terang karyawan bernama Edu.

Pantauan wartaplus.com memang sejumlah proyek sedang dilaksanakan di beberapa titik di wilayah Sorong Raya. Seperti reklamasi pantai, pembuatan Talud, pelebaran dan pengaspalan jalan, serta pembangunan lainnya yang membutuhkan bahan bakar solar.

Secara terpisah, Wali Kota Sorong, Lambertus Jitmau geram saat dimintai tanggapannya terkait antrian panjang tersebut. Dirinya menilai bahwa pasokan BBM khususnya jenis Solar di Kota Sorong sering habis disebabkan angkutan diluar Kota Sorong juga mengantri mengisi BBM di Kota Sorong.

"Saya himbau kepada Kepala daerah di Sorong Raya, BBM sudah dibagikan di daerah masing-masing sesuai kuota. Jangan keroyok di Kota Sorong, yang bikin antrian ini bukan dari Kota Sorong tapi dari luar sana," kesal Lambert.

Menanggapi adanya indikasi penyalahgunaan BBM, Lambert berjanji akan segera membentuk tim terpadu sekaligus swiping terkait penyalahgunaan BBM subsidi.

"Saya harap kepala daerah lain juga membangun fasilitas di daerah masing-masing agar antrian panjang tidak lagi terulang. Kami akan mengundang pihak terkait dan bentuk tim supaya kejadian ini tidak terulang," tegas Lambert.

Kapolres Sorong Kota, AKBP Mario C. Siregar yang dimintai tanggapannya mengaku siap melakukan penindakan hukum jika ada indikasi penyalahgunaan BBM. Saat ini solar subsisi perliternya Rp 5.150 sedangkan industri untuk wilayah Papua sebesar Rp. 14.350 perliternya.*