Tertimpa Batu Pendaki Asal Bandung Meninggal di Puncak Cartenz

Andika Pratama seorang pendaki meninggal dunia yang diduga akibat insiden kejatuhan batu saat mendaki Puncak Cartenz Pyramide dibawa ke RSUD Mimika/Istimewa

JAYAPURA,-Andika Pratama seorang pendaki meninggal dunia yang diduga akibat insiden kejatuhan batu saat mendaki Puncak Cartenz Pyramide,  Sabtu (3/11) siang sekitar pukul 13.26 WIT. Ini diungkapkan Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal kepada waratawan Minggu  (4/11) siang.

Kronologis kejadiannya, kata Kabid Humas, Sabtu tanggal 03 Nopember 2018 sekitar pukul 13.26 WIT, telah diperoleh informasi awal terkait meninggalnya salah seorang pendaki lokal bernama Andika Pratama  yang diduga akibat insiden kejatuhan batu saat mendaki Puncak Cartenz Pyramide.

Lanjut dia, akibat kejadian tersebut salah satu pendaki yang masih berada di Base Camp langsung menghubungi  Sofyan (rekan korban yang tinggal  di Timika) melalui Hp satelit. Mendapatkan kabar tersebut  tersebut  Sofyan  selanjutnya melaporkan kejadian tersebut dan dilakukan koordinasi dengan Heli Carter jenis Komala di Bandara Moses Kilangin Timika guna mengevakuasi korban.

"Pada saat helikopter dalam perjalanan untuk melakukan upaya evakuasi namun pada pukul 13.32 WIT, heli kembali ke Bandara Timika karena cuaca tidak mendukung di area Base Camp. Sehingga evakuasi akan dilanjutkan Minggu tanggal 4 Nopember 2018 mulai pukul 5.30 WIT,"ujarnya.

Kata dia, Minggu tanggal 4 November 2018, pukul 6.43 WIT evakuasi lanjutan terhadap pendaki Andika Pratama yang meninggal dunia saat kegiatan pendakian akibat insiden kejatuhan batu.

Kini jenasah almarhum Andika Pratama telah berada di  RSUD Mimika dengan didampingi oleh rekan-rekannya.

Dikatakannya, setelah tiba di RSUD, jenazah langsung dibawa ke ruang jenazah untuk dilakukan pemeriksaan luar oleh petugas medis. Selanjutnya jenazah dimandikan, dikafani kemudian di formalin dan dimasukan ke dalam peti jenazah.

"Pada saat anggota meminta keterangan dari rekan almarhum bernama Yosua Noya yang pada saat kejadian ada di sekitar lokasi, ia mengaku saat insiden tidak melihat langsung kejadian tersebut,"ujarnya.

Dari pengakuan Yosua Noya kejadian tersebut terjadi pada hari Sabtu tanggal 3 November 2018 antara pukul 10.30 WIT hingga 11.30 WIT.  Dimana pafa titik pertama pemasangan tali. 

Dalam setiap pendakian biasanya para pendaki melakukan aklimatisasi, dan memang lokasi tersebut dikenal sebagai daerah rawan runtuhan/longsoran.

Saat kejadian, posisi korban sedang turun dan pada saat itu  saudara Yosua sedang dalam perjalanan naik. Namun karena mendengar teriakan minta tolong dari saudara Arlen (satu tim dengan korban)  kemudian saudara Yosua langsung menuju lokasi dan selanjutnya bersama saudara Arlend dan tamu Scoot Haluk  (WNA) langsung membawa korban yang sudah tidak sadar ke Lembah Kuning.

Kata Kabid Humas, pada saat saudara  Yosua bertanya kepada ke sudara  Arlend tentang kejadian tersebut?  Saudara Arlen menyatakan bahwa dia dan korban pada saat itu sedang aklimatisasi. Namun tiba-tiba ada batu yang jatuh dari atas dan langsung mengenai muka korban.

Sementara itu Sofyan Ariefasa sebagai leader tim saat di konfirmasi mengatakan bahwa benar korban mengalami insiden murni kejatuhan batu saat berlangsung aklimatisasi.

Dari keluarga sudah mengetahui kejadian tersebut dan sudah menerima sebagai musibah.  Kemudian pihak keluarga meminta untuk jenazah segera di makamkan di kampung halamannya.

"Jenazah saat ini sudah berada di peti dan sudah dilakukan pemeriksaan luar dan sesuai keterangam petugas medis bahwa korban mengalami luka sobek dan memar di bagian muka dan direncanakan pada pukul 12.00 WIT jenazah akan dibawa ke Masjid Babusalam untuk di sholatkan. Selanjutnya di diterbangkan ke Jakarta dengan pesawat Garuda 655 yang akan take off jam 14.20 WIT,"ujar Kabid Humas. *