MRP Sayangkan Penyanderaan dan Pemerkosaan Terhadap Guru di Mapenduma

Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP), Timotius Murib/Andy

JAYAPURA,– Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP), Timotius Murib, menyayangkan kejadian penyanderaan dan pemerkosaan terhadap guru oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Mapenduma Kabupaten Nduga beberapa waktu lalu.

Ditemui wartawan di kantor MRP, Timotius Murib mengaku bahwa kejadian tersebut benar terjadi dan sudah mengirim tim untuk memastikan kejadian tersebut.

“MRP melalui pansus HAM sudah melakukan perjalanan ke Kabupaten Nduga untuk mengecek langsung kondisi yang sebenarnya terjadi, dan laporan yang kami terima bahwa hal itu benar terjadi dan kami sudah himbau warga supaya tidak terulang kembali,” kata Timotius Murib, Jumat (26/10) sore.

Ia juga mengatakan bahwa pelaku merupakan oknum dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan bukan mewakili masyarakat. “Jadi penyanderaan, penembakan dan beberapa tindakan kejahatan dilakukan oleh KKB. Karena itu kita harap mereka ini tidak didukung atau mendapatkan pembelaan dari masyarakat,” ujarnya.

Timotius mengatakan bahwa kejadian seperti ini seharusnya tidak terjadi, karena akibat dari perbuatan mereka seluruh masyarakat setempat ikut merasakan dampaknya.

“Harapan kami bahwa mereka sebagai anak-anak asli di tempat itu, maka mereka juga memilki tanggung jawab untuk kehidupan, kenyamaan, ketentraman, orang tua, anak-anak dan saudara mereka di tempat itu,” jelasnya.

Untuk itu, Timotius menghimbau kepada semua pihak untuk mengantisipasi sahingga kejadian ini tidak terulang kembali.

“Dulu kita tahu hanya di Puncak Jaya, Lanny Jaya, dan Mimika, namun saat ini sudah berkembang ke beberapa kabupaten lainnya. Untuk itu harus ada tindakan tegas supaya kelompok ini tidak berkembang dan menduduki seluruh daerah pegunungan,” bebernya.

Amunisi KKB Dari Mana?

Meski demikian, Timotius mempertanyakan dari mana amunisi dan senjata yang digunakan kelompok KKB, sementara tidak ada pabrik pembuatan amunisi di Papua.

“Kalau senjata mungkin ada alasan mereka merampas dari aparat, tapi kalau amunisi mereka dapat darimana? Sementara tidak ada pabrik pembuatan di daerah pegunungan. Pasti ada oknum-oknum yang jual beli amunisi, jadi secara institusi perlu diawasi. Karena kalau tidak ada amunisi tidak mungkin mereka (KKB) melakukan tembak menembak dengan aparat keamanan,” bebernya.

Lebih lanjut, Timotius mengatakan, jika kelompok KKB terus melakukan kontak senjata dengan aparat keamanan, mengapa amunisi yang dipakai tidak pernah habis?

“Kalau kelompok KKB ini sering melakukan kontak senjata dengan aparat keamanan, kenapa amunisi mereka tidak pernah habis? Mengapa selalu ada? Berarti ini ada permainan juga, jadi ini sama saja dengan baku tipu rame,” ujarnya.

“Kepada kelompok yang pegang senjata dan mengganggu keamanan sebaiknya stop, kalau tidak stop siapa lagi yang mau bangun daerah? Karena tidak ada orang lain yang bisa bangun daerah selain kita. Jadi saya pikir cukup, jangan buat kacau lagi,” pinta Timotius. *