George Saa Akan Somasi BKKBN Papua Barat

Baliho yang memuat foto George Saa/Max Bame

JAYAPURA,-George Saa kaget dengan pemasangan foto dirinya baliho milik Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua Barat. Dirinya merasa pihak BKKBN Papua Barat tak meminta ijin untuk fotonya ditampilkan dalam baliho milik BKKBN Papua Barat. 

Dalam baliho  tersebut ada 4 foto George Saa dan tertulis Keluarga Berencana Membangun Generasi Papua selain itu tampak logo Asian Games Jakarta-Palembang.

 "Buat Bapak dan Ibu yang mungkin ada komunikasi langsung dengan BKKBN, mohon kalau memajang foto-foto ini, sebelumnya tolong permisi atau minta ijin. Saya kuatirnya itu pesan atau tujuan yang disampaikan dalam baliho begini ini sekan-akan saya juga approve,"ujar George Saa yang sedang studi di London dalam pesan pedeknya kepada melalu kuasa hukumnya Pieter Ell kepada wartaplus.com, Senin (13/8)

Kata dia, contohnya pesan 'dua anak cukup' atau pesan lain yang sering di kumandang oleh BKKBN. Kalau saya, di Papua ini, manusia Papua sudah menurun jumlahnya. Jadinya jadi kalau saya lanjut setuju dengan dua anak saja cukup ini tara benar. Mohon dengan sangat, kasih penjelasan kepada saya kah? yang begini ini nantinya orang pikir sah-sah saja, dan mungkin besok tidak tahu siapa punya foto lagi di pakai kampanye sejenis, "sesalnya.

Gara-gara foto ini George Saa telah menunjuk  uasa hukum 10 orang dengan Ketua Tim Pieter Ell untuk  somasi BKKBN Papua Barat. 

"Ya benar kami akan somasi BKKBN Papua Barat,"ujar pengacara dan artis ini kepada wartaplus, Selasa (14/8) pagi.

Septinus George Saa lahir di Manokwari pada 22 September 1986 adalah seorang pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 dari Indonesia.

Makalahnya berjudul Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resisto. bahkan rumus Penghitung Hambatan antara Dua Titik Rangkaian Resistor yang Ditemukannya diberi namanya sendiri yaitu “George Saa Formula”.

Rumus yang ditemukannya berhasil memenangkan First Step to Nobel Prize in Physic yang itu mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri. Para juri yang terdiri dari 30 jawara fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda yang saat itu berumur 17 tahun asal Jayapura ini menggondol emas.*