Disperindag Usulkan Bentuk Tim Khusus Pengolahan Sagu

Suasana rapat Gubernur bersama Bupati dan OPD terkait di Sasana Karya Kantor Gubernur Papua, Kamis (2/8)/Andi Riri

JAYAPURA, - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Papua mengusulkan kepada pemerintah Provinsi membentuk sebuah tim yang fokus dalam upaya pengembangan dan pengolahan sagu.

Kepala Disperindag Papua, Max Olua di sela sela bersama Gubernur, Bupati dan OPD (organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, Kamis (2/8) menyebutkan, tim yang dibentuk ini berasal dari OPD yang berkaitan langsung dengan masalah ekonomi

"Jangan pikirkan dulu tentang ekspor, tapi siapakan keterlibatan semua OPD yang berkaitan langsung dengan ekonomi, karena untuk kembangkan sagu tidak bisa dilakukan sendiri, tapi karus "keroyokan"," ujar Max.

Selain pembentukan tim khusus sagu, Max juga mengusulkan untuk bagaimana ke depan melakukan budi daya sagu. Sebab jika Papua sudah memiliki pasar untuk menjual olahan sagu, tentu kebutuhan harus disiapkan sesuai permintaan pasar. 

"Budi daya sangat perlu dilakukan, apalagi satu pohon sagu memiliki banyak manfaat, mulai dari daun, kulit isinya atau yang biasa disebut sagu hingga ulatnya," katanya.

Jika ini dikembangkan dan dikelola dengan sangat baik, menurut Max, tentu nilai ekonomisnya akan sangat tinggi. Apalagi sagu Papua sudah terkenal hingga ke mancanegara.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua, Joko Supratikto mengatakan sebelum memulai memasarkan hasil olahan sagu, ada baiknya pemerintah provinsi Papua lebih dulu memutuskan apakah sagu yang akan dipasarkan hanya sebatas dalam bentuk tepung, ataukah produk jadi yang bisa langsung di konsumsi masyarakat.

"Jadi kita harus fokus untuk diperdagangkan. Kalau saran saya, fokus kepada skala industri yang bisa menghasilkan tepung sagu itu yang di produksi dan dijual ke daerah luar Papua, sambil mengubah pola masyarakat sampai di skala industri rumahan," ujar Joko.

Menurut dia, dalam hal mempromosikan hasil bumi Papua, Bank Indonesia memiliki rencana bagaimana membina skala industri yang sifatnya skala mikro kecil dan menengah, dan lebih cenderung yang sifatnya kelompok.

"Ini kami lakukan dari hulu sampai hilir, dan patut di teliti adalah berapa banyak pasar yang siap membeli hasil sagu Papua, karena dari situlah kita bisa tahu berapa banyak yang harus disiapkan untuk dijual," katanya.*