Kesulitan Biaya Pengobatan, Seorang Balita Penderita Tumor di Papua Meninggal Dunia

Kondisi Ais Utasad saat dirawat di RS Dian Harapan Waena Kota Jayapura/Istimewa

JAYAPURA, wartaplus.com - Ais  Utasad (4 tahun) seorang balita yang mengalami benjolan besar seperti tumor di lehernya akhirnya dinyatakan meninggal dunia, setelah sehari menjalani perawatan di RS Dian Harapan, Kota Jayapura, Papua, Rabu (28/02/2024).

Ais meninggal dunia sekira pukul 13.45 Wit, ketika sedang menunggu hasil pemeriksaan laboratorium atas sakit yang dialaminya.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, kondisi Ais sangat memprihatinkan. Ini terlihat saat beberapa rekan jurnalis yang datang menjenguknya. Kondisi tubuhnya sangat kurus, dengan benjolan besar di lehernya membuat ia terlihat sangat kesulitan untuk bergerak bahkan berbicara. Ais ditunggui oleh beberapa keluarganya.

Jefry Upetaya, salah satu keluarganya kepada para jurnalis menceritakan kisah sedih yang dialami oleh keponakannya itu.

Bagaimana tidak, akibat kesulitan biaya membuatnya tidak bisa mendapatkan pengobatan yang maksimal. Padahal, penyakit yang menggerogoti keponakannya itu, sudah diderita selama kurang lebih satu tahun, dan tidak ada perhatian dari pemerintah daerah.

Jenazah Ais Utasad disemayamkan di kamar jenazah

Ais Utasad berasal dari Kampung Eri (Sikari 2) Distrik Roufaer, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua. Benjolan seperti tumor sebesar buah kelapa itu, awalnya hanya benjolan kecil yang terjadi akibat tertusuk kayu di leher sebelah kanan, kejadiannya pada Maret 2023 lalu.

"Namun dari waktu ke waktu benjolannya makin besar, sampai tidak bisa bicara. Dia (almarhum) tidak pernah dibawa  ke rumah sakit, karena orang tuanya tidak punya biaya. Baru bulan januari kemarin, orang tuanya punya uang sedikit, dan kami bawa ke Rumah sakit di Mamberamo Raya, lalu kemudian dirujuk ke rumah sakit di Jayapura," ungkap Jefry.

Selama di Jayapura, almarhum keluar masuk rumah sakit yang berbeda seperti RSUD Jayapura, RSUD Abepura dan RS Provita dan terakhir di RS Dian Harapan hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Mirisnya, kartu BPJS miliknya tidak bisa mengcover seluruh biaya pengobatan. "Kami pakai BPJS, tapi masih harus bayar habis Rp6 juta untuk periksa CT Scan di RSUD Abepura, dan Rp4 juta untuk bayar pemeriksaaan laboratorium di RS Provita, serta sempat di RSUD Jayapura namun disuruh pulang dan sama sekali tidak dirawat sampai meninggal dunia tidak ada pemerintah bantu kami,” ungkapnya kecewa.

Bahkan selama kurang lebih 2 bulan di Kota Jayapura, keluarga sudah putus asa. Uang yang dikumpulkan dari kampung sudah habis untuk membiayai pengobatan, dan biaya makan minum dari keluarga yang mendampingi selama di Jayapura.

Mirisnya lagi, karena kehabisan biaya, Ais akhirnya dibawa keluarga tinggal di sebuah gubuk yang berada di Perumnas IV Waena.

Jean Bisay (kanan) menyerahkan bantuan dana dari jurnalis kepada keluarga Ais

Beruntung informasi tentang kondisi Ais sampai ke telinga seorang tokoh agama dan jurnalis, yang akhirnya membantu membawa Ais untuk dirawat di RS Dian Harapan, Selasa (27/02/2024) lalu.

Namun takdir berkata lain, Tuhan lebih sayang sama Ais, setelah dirawat selama sehari, Ais akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu siang kemarin. Jenazah Ais telah dibawa ke rumah keluarganya di Koya Timur, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.

Rencananya, jenazah akan diterbangkan ke kampung halamannya di Mamberamo Raya. Namun sayangnya hingga pagi ini, Kamis (29/02/2024) pihak keluarga masih belum bisa memberangkatkan jenazah, karena terkendala biaya.**