Aman Abdurrahman Tak Mau Diajak Bernegosiasi

istimewa

WARTAPLUS - Terdakwa perkara bom Thamrin, Aman Abdurrahman, mengaku pernah diwawancarai oleh warga negara asing Srilanka saat menjalani masa tahanan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Ia menyebut diwawancara terkait soal ajaran tauhid hingga khilafah.

Menurut Aman, orang asing yang mewancarainya adalah pria bernama Profesor Rohan yang bekerja bagi pemerintah Singapura sebagai peneliti bidang kajian Islam. Pada sesi pertana, Aman mengaku awalnya ditanya soal ajarannya seperti tauhid, kesyirikan dan sistem pemerintahan demokrasi, khilafah Islamiyah serta hijrah.

Kemudian, di sesi kedua dia mengaku ditanya soal buku-buku dan rekaman kajian yang disebarkannya selama di penjara serta di luar penjara. Namun, pada sesi kedua Aman merasa Rohan berupaya melobinya agar berdamai dengan Pemerintah Indonesia.

Atas dasar itu, Aman merasa Rohan juga bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Setidaknya, Aman menyebut ada tiga pertanyaan yang diajukan Rohan dan dirasa tujuannya untuk melobi itu.

Pertama, Rohan menawarkan Aman untuk berkompromi dengan pemerintah. Jika mau maka hukumannya disebut akan diperingan. Kedua, dia mengaku diajak keluar untuk jalan-jalan ke Museum Indonesia.

Dan yang terakhir, Aman diajak untuk makan malam di luar penjara. Namun, semua pertanyaan dijawab Aman dengan penolakan.

"Bila ustaz Aman mau berkompromi maka akan langsung dibebaskan dan bila tidak mau berkompromi, maka akan dipenjara seumur hidup," kata Aman saat membacakan nota pembelaan (pleidoi) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat, 25 Mei 2018.