Bupati Puncak Fokus Berbenah Lapangan Ekstrim di Distrik Doufo

Pemerintah Kabupaten Puncak merencanakan akan membangun lapangan tebang (Lapter) di Distrik Doufo yang dinilai cukup ektrim dan terjar di kawasan Pegunungan Papua/Istimewa

PUNCAK,wartaplus.com - Pemerintah Kabupaten Puncak merencanakan akan membangun lapangan tebang (Lapter) di Distrik Doufo yang dinilai cukup ektrim dan terjar di kawasan Pegunungan Papua.
Pasalnya Lapter Distrik Doufo, panjangnya hanya 800 meter sertan ranway tidak memiliki aspal.

Menurut Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan lapter Doufo masuk dalam Lapter terekstrim di Indonesia lantaran memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. “Jika selah mendaratkan pesawat bisa masuk kejurang atau menabrak gunung,” jelasnya beberapa waktu lalu.

Melihat kondisi tersebut, Willem mangatakan tahun depan Pemerintah Puncak akan melakukan pembenahan lebih baik lagi.

“Tahun depan kami akan kerjakan karena ini pintu perekonomian masyarakat, materil akan di bawah melalui sungai Mamberamo untuk hemat biaya,” jelasnya.

Sementara itu pilot asal Selandia Baru, Captain Jesse baker pun membeberkan hal seruma dimana Lapter Distrik Doufo merupakan Lapter terektrik yang pernah ada.

“Disini hanya bisa didarati pesawat jenis caravan, kalau tidak hati-hati bisa tergelincir masuk ke jurang, karena belum ada aspal,” bebernya.

Direktur PT.Aviation Puncak Papua, Semuel Resubun mengatakan, penyebab lapangan terbang di Papua sangat ekstrim, karena berada di atas gunung, lembah, bahkan fasilitas lapangan terbang minim.

Disamping itu tambahkan kondisi cuaca menajdi penyebab, karena berubah setiap saat, sehingga untuk menjadi pilot di Papua, memang membutuhkan kemampuan khusus atau visual. “Sebelum kami menerima capten pilot, biasanya kami cek dulu mereka (Pilot-red) apakah medan di Papua,”ujarnya.

Salah satu warga Distrik Doufo Bapak Daniel mengatakan, bahwa warga setempat sudah lama sekali merindukan lapangan terbang diaspal, sehingga pesawat tidak ragu masuk di daerah ini, Dampak dari landasan pacu yang masih belum diaspal, membuat pesawat jarang masuk di Distrik ini.

“Landasan mungkin tidak bagus, jadi pesawat tidak mau datang ke sini, Kami sudah lama merindukan lapangan terbang diaspal,” bebernya. Untuk diketahui, Distrik Doufo bersama dengan Distrik Doirvos, memiliki wilayah dikelilingi sungai Memberamo.

Lapangan terbang di Distrik ini, sudah dibangun oleh para misionaris sejak tahun 1950 dan tidak memiliki landasan aspal hingga kini.

Lantaran kodisi bografis yang sulit membuat maskapa penerbangan enggan melayani rute ini. Untungnya sejak tahun 2017 lalu, seminggu sekali ada pernerbangan mulai masuk, lantaran program pemerinta diterapkan melalui tol udara.*