Tri-MG Airlines Tingkatkan Pelayanan

Penerbangan Cargo di Papua Tidak Berdampak COVID-19

Station Menajer Tri-MG Airlines Jayapura, Andi Raharto, Managing Director Tri-MG Airlines, Marco Isaak (kaca mata) dan Director Foreign Tri-MG Airlines, Shawgi Abdat (pake tas) dan para staf saat berada di Bandara Sentani/ Istimewa

JAYAPURA,wartaplus.com – Managing Director Tri-MG Airlines, Marco Isaak, mengungkapkan, selama pendemi virus corona atau COVID-19 tidak berdampak kepada penerbangan cargo milik maskapai Tri-MG Airlines di Provinsi Papua.

“Dampak COVID-19 mempengaruhi penerbangan penumpang dan cargo di seluruh dunia. Tapi saya lihat penerbangan cargo di Papua sangat stabil,” ujarnya ketika ditemui di Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (21/6).

Ia menjelaskan, penerbangan cargo di Papua masih stabil karena cargo yang diangkut bukan barang mahal, melainkan bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat di wilayah pegunungan Papua yang hanya diakses melalui transportasi udara.

Foto: Managing Director Tri-MG Airlines, Marco Isaak saat menuju Jayapura dengan privet jet Tri MG Airlines miliknya/Istimewa 

“Selama COVID-19 ini tidak ada pengaruh untuk penerbangan cargo, karena yang saya lihat barang-barang yang dibawa bukan barang mahal, melainkan barang kebutuhan pokok untuk masyarakat. Jadi dari seluruh penerbangan milik Tri-MG Airlines yang paling stabil hanya di Papua,” katanya.

Bahkan kata Isaac, dari seluruh penerbangan cargo milik Tri-MG Airlines di sejumlah daerah di Indonesia dan beberapa negara lainnya, penerbangan cargo di Papua lebih stabil.

Foto bersama karyawan dan Managing Director Tri-MG Airlines/Istimewa

“Dari semua penerbangan Tri-MG Airlines di beberapa negara seperti Indonesia, Singapura dan Malaysia penerbangan di Papua yang paling stabil karena adanya perhatian pemerintah daerah,”akunya.

“Dari stability penerbangan cargo, pasar Papua paling stabil karena semua bahan kebutuhan pokok diangkut menggunakan pesawat. Dibanding dengan daerah lain yang masih menggunakan jalur darat,” imbuhnya.

Meski begitu, ia menyoroti sejumlah kendala yang dihadapi selama 5 tahun beroperasi di Papua, yakni cuaca yang sering berubah dan landasan bandara yang terbilang pendek.

“Kendala yang kami hadapi selama ini yakni hanya satu landasan, kemudian cuaca yang sering berubah sehingga safety harus betul-betul perhatikan,” ucapnya.

“Kita harapkan kalau bisa ada landasan baru atau perpanjangan landasan. Selain itu ada penambahan sektor sehingga layanan penerbangan semakin luas. Misalkan di Wamena landasan saat ini hanya satu, kita minta kalau bisa dibuka jadi dua.” pintanya. Pihaknya berencana untuk menambah satu armada pesawat pada Agsutus mendatang. Penambahan ini untuk menjawab permintaan yang semakin tinggi.

“Kita upaya untuk meningkatkan pelayanan kita melalui cargo kepada seluruh masyarakat di Papua dengan menambah satu pesawat cargo karena permintaan untuk melayani penerbangan cargo meningkat,” ucapnya.