Erupsi Gunung Sinabung Tarik Perhatiaan NASA

WARTAPLUS - Gunung Sinabung Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengalami erupsi Senin 19 Februari 2018. Erupsi itu menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian lima kilometer, Sinabung juga menyemburkan awan panas hingga ketinggian 4,9 kilometer. Akibat semburan letusan dahsyat ini, lima wilayah sempat dilanda kegelapan.

Erupsi Gunung Sinabung mendapat perhatian dari Badan Antariksa Amerika Serikat. Dikutip dari Earth Observatory NASA, Kamis 22 Februari 2018, beberapa jam setelah Gunung Sinabung erupsi, instrumen Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Modis) pada satelit Terra NASA mengabadikan gambar alami dari erupsi tersebut.

Sensor lainnya dari satelit NASA dan Badan Antariksa Prancis (CNES) juga memantau Gunung Sinabung.

Data dari satelit NASA dan CNES, Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO) menunjukkan puing dan gas dari erupsi Gunung Sinabung. Muntahan material erupsi itu naik 15-18 kilometer di atmosfer.

Satelit lainnya yakni satelit Suomi-NPP, juga memantau material yang keluar ke atmosfer. Satelit yang dioperasikan NASA, Badan Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA) serta Departemen Pertahanan AS itu mengabadikan gas sulfur dioksida (SO2) yang terbang ke atmosfer. Dalam peta yang dirilis satelit Suomi-NPP, terlihat instrumen Ozone Mapper Profiler Suite mengabadikan konsentrasi SO2 terdeteksi Senin siang 19 Februari 2018 pukul 13.20 WIB.

Peta gas sulfur dioksida

Gas itu keluar dari erupsi dan berbahaya bagi warga. Jika kontak langsung, gas itu bisa mengiritasi hidung dan tenggorokan saat terhirup.

Saat di atmosfer, SO2 bereaksi dengan uap air dan menghasilkan hujan asam. Gas itu juga bisa bereaksi dengan gas lain untuk membentuk partikel aerosol yang menyebabkan kabut dan kejadian ekstrem yakni pendinginan iklim. [rmol]